Putra Shah Terakhir Iran Berkunjung untuk Ikuti Peringatan Holocaust, Menteri Intelijen Israel: Nilai Perdamaian dan Toleransi

JAKARTA - Putra mahkota Iran yang diasingkan dijadwalkan untuk datang ke Israel, dalam kunjungan yang mencerminkan hubungan hangat yang pernah dimiliki ayahnya dengan Israel dan keadaan permusuhan saat ini antara Israel dan Teheran.

Reza Pahlavi, putra Syah terakhir yang memerintah Iran Mohammad Reza Pahlavi sebelum Revolusi 1979 mengatakan, dia akan menyampaikan "pesan persahabatan dari rakyat Iran."

Rencananya, dia akan berpartisipasi dalam upacara peringatan Holocaust tahunan Israel pada Senin malam waktu setempat, kata Menteri Intelijen Israel Gila Gamliel, yang akan menjamunya.

Dia juga akan mengunjungi pabrik desalinasi, melihat Tembok Barat dan bertemu dengan perwakilan komunitas Bahai lokal dan Yahudi Israel keturunan Iran, katanya.

"Putra mahkota melambangkan kepemimpinan yang berbeda dari rezim Ayatollah, dan memimpin nilai-nilai perdamaian dan toleransi, berbeda dengan ekstremis yang memerintah Iran," ujarnya, melansir AP 17 April, memuji "keputusan berani" Pahlavi untuk membuat apa yang dia katakan akan menjadi kunjungan pertamanya ke Israel.

Pahlavi meninggalkan Iran pada usia 17 tahun untuk sekolah penerbangan militer di AS, tepat sebelum ayahnya yang terkena kanker meninggalkan tahta dan diasingkan.

Revolusi kemudian terjadi, dengan pembentukan pemerintahan Teheran saat ini, pengambilalihan Kedutaan Besar AS di Teheran dan penyingkiran sisa-sisa monarki yang didukung Amerika.

Pahlavi, yang masih tinggal di AS, menyerukan revolusi damai yang akan menggantikan pemerintahan ulama dengan monarki parlementer, mengabadikan hak asasi manusia dan memodernisasi ekonomi yang dikelola negara.

Diketahui, sang ayah mendapat keuntungan dari kudeta yang didukung CIA pada tahun 1953. Mendiang Shah Iran juga memiliki hubungan diplomatik dan militer yang erat dengan Israel.

"Saya ingin rakyat Israel tahu bahwa Republik Iran tidak mewakili rakyat Iran. Ikatan kuno antara rakyat kita dapat dihidupkan kembali untuk kepentingan kedua negara," tulis Pahlavi di Twitter.