Rentetan Bencana Alam di Awal Tahun 2021: dari Longsor, Air Laut Pasang, hingga Gempa Bumi

 JAKARTA - Bencana bergantian melanda Tanah Air di awal tahun 2021. Ada sejumlah rentetan bencana alam yang terjadi dan menyedot perhatian publik.

Di awal tahun ini, dimulai dari tanah longsor di Sumedang yang menelan puluhan korban jiwa. Kemudian berselang seminggu, kejadian gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2 dirasakan oleh masyarakat di wilayah Sulawesi Barat hingga menewaskan puluhan korban jiwa. 

Terbaru, banjir dan longsor juga terjadi di kota Manado yang menewaskan 5 orang dan membuat ratusan penduduk terdampak harus mengungsi.

Selain itu, masih di lokasi yang sama, masyarakat juga dikejutkan dengan banjir rob yang disebabkan adanya gelombang pasang.

1. Banjir dan longsor di Manado

Tingginya intensitas hujan menyebabkan banjir dan tanah longsor di Kota Manado, Sulawesi Utara. Tercatat sebanyak sembilan kecamatan dan 33 kelurahan di Kota Manado jadi daerah terdampak banjir dan tanah longsor.

Hal ini terjadi karena hujan dengan intensitas tinggi mengguyur sejak Sabtu 16 Januari, sore dan mengakibatkan struktur tanah menjadi labil. 

Akibat hujan ini juga, banjir pun tak dapat terelakkan. Adapun ketinggian muka air yang tercatat mencapai 50 sampai 300 cm.

"Peristiwa ini menyebabkan lima orang meninggal dunia, satu orang hilang masih dalam pencarian serta 500 jiwa mengungsi yang masih dalam proses pendataan," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, dalam keterangan resminya, Minggu, 17 Januari.

Sejumlah kecamatan terdampak peristiwa ini antara lain Kecamatan Tikala, Kecamatan Paal Dua, Kecamatan Malalayang, Kecamatan Sario, Kecamatan Bunaken, Kecamatan Tuminting, Kecamatan Mapanget, Kecamatan Singkil dan Kecamatan Wenang. 

"Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan kerugian materil yakni dua unit rumah rusak berat dan 10 unit rumah rusak sedang,"

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Utara dan Kota Manado melakukan kajian secara cepat dan evakuasi bersama SAR, TNI/Polri, masyarakat dan relawan. Selain itu, BPBD Kota Manado juga memberikan bantuan makanan siap saji kepada para pengungsi.

2. Banjir air laut pasang di Kota Manado

Warga di sekitar pesisir pantai Manado panik karena ombak besar yang terjadi. Kepanikan ini pun sempat terekam dalam sebuah video yang dibagikan oleh akun Instagram @ndorobeii. 

Dalam video tersebut, tampak air laut  sampai masuk ke dalam mal Manado Town Square (Mantos). "Air laut meluap di Mantos Manado," kata seseorang dalam video yang dibagikan di media sosial tersebut.

Perihal video tersebut,petugas Stasiun Meteorologi Klas II Sam Ratulangi, Manado, Lydia Monika yang dihubungi VOI menyampaikan analisis gelombang ekstrem di wilayah perairan Sulawesi Utara per 17 Januari. Data ini dikeluarkan Stasiun Meteorologi Bitung, Sulut, yang berwenang mengeluarkan analisa maupun peringatan dini gelombang.

Dalam analisa dari model InaWAVE pada tanggal 17 Januari, tinggi gelombang di perairan utara Sulut berkisar antara 2,5-4 meter atau termasuk ke dalam kategori gelombang Tinggi (Rough Seas). 

“Pada pukul 19.00 WITA di perairan utara Sulut terjadi air pasang 2,3 meter. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan tinggi gelombang di pesisir utara Sulut,” demikian laporan Stasiun Meteorologi Bitung.

Kondisi angin kencang dan gelombang tinggi masih akan berlangsung hingga esok hari, Senin, 18 Januari dan akan berangsur-angsur menurun. 

Menambahkan pernyataan Lydia, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo pun menyatakan masyarakat diminta untuk mewaspadai gelombang tinggi 2,5  hingga 4 meter di Manado, Sulawesi Utara. Dia mengatakan gelombang tinggi tersebut dipicu oleh dorongan energi gelombang laut yang bersuperposisi dengan fase pasang air laut.

3. Gempa di Sulawesi Barat

Setelah dilanda gempa berkekuatan magnitudo 6,2, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan hingga saat ini, korban meninggal dunia akibat gempa Mamuju-Majene, Sulawesi Barat terus bertambah. Hingga pukul siang tadi sekitar pukul 14.00 WITA, dilaporkan korban meninggal dunia menjadi 73 orang.

"Dengan rincian 64 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan sembilan orang di Kabupaten Majane," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, Minggu, 17 Januari.

Selain itu, terdapat 554 korban luka di Kabupaten Majene dengan rincian antara lain 64 orang luka berat, 215 orang luka sedang dan 275 orang luka ringan. 

Terdapat 27.850 orang mengungsi di 25 titik pengungsian yang tersebar di Desa Kota Tinggi, Desa Lombong, Desa Kayu Angin, Desa Petabean, Desa Deking, Desa Mekata, Desa Kabiraan, Desa Lakkading, Desa Lembang serta Desa Limbua.

Sedangkan di Kabupaten Mamuju terdapat 189 orang mengalami luka berat atau rawat inap dan terdapat lima titik pengungsian di Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Simboro.

Selanjutnya, terdapat pelayanan kedaruratan pada 3 rumah sakit yang saat ini aktif di Kabupaten Mamuju, yaitu RS Bhayangkara, RS Regional Provinsi Sulawesi Barat, dan RSUD Kabupaten Mamuju.

BPBD Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju serta Kabupaten Polewali Mandar terus melakukan pendataan dan berkoordinasi dengan TNI - Polri, Basarnas serta relawan maupun instansi lainnya dalam proses evakuasi masyarakat terdampak.

4. Banjir di Kalimantan Selatan

Banjir masih melanda sejumlah wilayah Kalimantan Selatan. Per 16 Januari kemarin, berdasarkan data yang disampaikan oleh Kepala Pusat Pengendali Operasi BNPB, Bambang Surya Putra, banjir ini menyebabkan 112.709 warga mengungsi, sedangkan 27.111 rumah terendam dan merenggut lima korban jiwa.

Banjir di Kalimantan Selatan terjadi di sejumlah wilayah, yakni Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kota Banjar Baru, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan Kota Tanah Laut.

Banjir di Kabupaten Banjar menyebabkan 51.362 jiwa mengungsi dan 14.791 rumah terendam. Banjir di Kabupaten Tapin menyebabkan 1.777 jiwa terdampak dan mengungsi, serta 112 rumah terendam.

Banjir di Kota Banjar Baru menyebabkan 622 jiwa terdampak dan mengungsi, serta 296 rumah terendam. Banjir di Kabupaten Tabalong menyebabkan 180 jiwa terdampak dan mengungsi, serta 92 rumah terendam.

Banjir di Kabupaten Balangan menyebabkan 11.816 jiwa terdampak dan mengungsi, serta 3.571 rumah terendam, sedangkan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah menyebabkan lima korban jiwa dan 11.200 warga mengungsi, serta 64.400 warga terdampak.

Banjir di Kota Tanah Laut menyebabkan 27.024 jiwa terdampak dan mengungsi, serta 8.249 rumah terendam.

Terkait bencana banjir ini, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebutkan penyempitan kawasan hutan 10 tahun belakangan ini menjadi salah satu penyebabnya.

Data tutupan lahan menunjukkan dari tahun 2010 sampai 2020 terjadi penyusutan luas hutan primer, hutan sekunder, sawah, dan semak belukar masing-masing 13 ribu hektare (ha), 116 ribu ha, 146 ribu ha, dan 47 ribu ha di Kalsel. 

Sedangkan area perkebunan di wilayah itu, masih menurut data perubahan tutupan lahan, luasnya bertambah hingga 219 ribu ha.

"Perubahan penutup lahan dalam 10 tahun ini dapat memberikan gambaran kemungkinan terjadinya banjir di DAS Barito. Sehingga dapat digunakan sebagai salah satu masukan untuk mendukung upaya mitigasi bencana banjir di kemudian hari," kata Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN M Rokhis Khomaruddin dilansir Antara, Minggu, 17 Januari. 

Selain karena penyempitan hutan, faktor lain adalah karena tingginya curah hujan. Hal ini diketahui berdasarkan data satelit Himawari-8 yang menunjukkan bahwa awan penghasil hujan terjadi sejak 12 hingga 13 Januari 2021 dan masih berlangsung hingga 15 Januari 2021 di wilayah Kalsel. 

"Curah hujan ini menjadi salah satu penyebab banjir yang melanda Provinsi Kalsel pada tanggal 13 Januari 2021," ungkap Rokhis.

5. Tanah longsor di Sumedang

Terjadi pada pukul 16.00 WIB, Sabtu, 9 Januari, hingga per Minggu, 17 Januari ini sudah ada 29 korban bencana tanah longsor di Cimanggung, Sumedang, Jawa Barat yang berhasil ditemukan oleh tim gabungan dan 11 orang masih dinyatakan hilang.

"Adapun korban luka antara lain luka ringan sebanyak 22 orang dan luka berat tiga orang," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangan resmi, Minggu, 17 Januari.

Tim gabungan menggunakan empat alat berat dalam proses evakuasi korban selama beberapa hari kedepan. Hanya saja, evakuasi ini tetap terkendala karena cuaca hujan dan perlu diwaspadai longsor susulan. Sebab, seperti yang diinformasikan Badan Geologi, masih ada retakan di beberapa titik lokasi longsor. 

Adapun akibat peristiwa ini, data sementara yang dihimpun oleh BNPB mencatat ada 1.020 jiwa pengungsi yang terbagi di pos pengungsian Lapangan Taman Burung dan rumah kerabat yang aman dari potensi longsor.

Selain itu, Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir telah menetapkan Tanggap Darurat Bencana Banjir dan Longsor selama 21 hari yang berlaku mulai tanggal 9 sampai 29 Januari 2021.

Selanjutnya, Pusat Pengendali Operasi BPBD Kabupaten Sumedang terus melaksanakan pengamatan dan pemantauan secara visual melalui perangkat radio komunikasi, internet serta handpohone. Disamping itu, BMKG juga telah melakukan pemasangan Early Warning System (EWS) longsor.