Dokumen Intelijen AS yang Bocor Sebut Jumlah Tentara Rusia dan Ukraina yang Menjadi Korban Perang Capai 354.000 Jiwa
JAKARTA - Sebanyak 354.000 tentara Rusia dan Ukraina telah terbunuh atau terluka dalam perang Ukraina yang mengarah ke konflik berkepanjangan yang mungkin berlangsung hingga melampaui tahun 2023, menurut kumpulan dokumen intelijen AS yang diunggah online.
Jika asli, dokumen-dokumen itu, yang terlihat seperti penilaian rahasia AS tentang perang serta beberapa spionase AS terhadap sekutu, menawarkan wawasan langka ke dalam pandangan Washington tentang salah satu konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Reuters belum dapat memverifikasi dokumen secara independen dan beberapa negara, termasuk Rusia dan Ukraina, mempertanyakan kebenarannya, sementara pejabat AS mengatakan beberapa file tampaknya telah diubah.
Salah satu penilaian 23 Februari 2023, berjudul "Pertempuran untuk Wilayah Donbas Kemungkinan Menuju Kebuntuan Sepanjang 2023", mengatakan Rusia tidak mungkin dapat mengambil bagian Ukraina timur itu.
"Kampanye Rusia di wilayah Donbas kemungkinan menuju jalan buntu, menggagalkan tujuan Moskow untuk merebut seluruh wilayah pada tahun 2023," menurut penilaian tersebut, melansir Reuters 13 April.
Taktik ini telah mengurangi pasukan Rusia dan persediaan amunisi ke tingkat yang, kecuali pemulihan yang tak terduga, dapat menghabiskan unit Rusia dan menggagalkan tujuan perang Moskow, yang mengakibatkan perang yang berkepanjangan hingga melewati tahun 2023.
Kementerian Pertahanan Rusia tidak menanggapi permintaan komentar. Moskow mengatakan tidak tahu apakah dokumen itu asli dan mungkin merupakan upaya untuk menyebarkan perselisihan.
Menurut penilaian Badan Intelijen Pertahanan AS, Rusia telah menderita 189.500-223.000 total korban, termasuk 35.500-43.000 tewas dalam perang dan 154.000-180.000 luka-luka.
Sementara, Ukraina telah menderita total 124.500-131.000 korban, termasuk 15.500-17.500 tewas dalam perang dan 109.000-113.500 terluka dalam aksi, menurut dokumen berjudul "Russia/Ukraine - Assessed Combat Sustainability and Attrition."
Angka tersebut sekitar 10 kali lebih besar dari angka korban publik mana pun yang diterbitkan oleh Moskow atau Kyiv. Untuk diketahui, tidak ada pihak yang memberikan data tepat waktu tentang kerugian militer.
Terpisah, satu dokumen AS yang diposting di saluran Telegram Rusia memiliki angka korban yang diubah secara kasar untuk mengurangi korban di Rusia dan meningkatkan korban di Ukraina. Reuters telah melihat dua versi dari dokumen yang sama dengan satu yang jelas diubah.
Dokumen tentang korban diembos dengan lambang Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat dan Badan Intelijen Pertahanan.
Baik Rusia maupun Ukraina dinilai memiliki kesinambungan pertempuran yang "sedang", yang artinya keduanya kemungkinan akan dapat terus bertempur untuk beberapa waktu.
Dokumen menunjukkan, sementara Rusia memiliki keunggulan jumlah secara keseluruhan di beberapa wilayah, Ukraina memiliki lebih banyak tank dan pengangkut personel lapis baja (APC) di medan perang daripada Rusia.
Rusia, menurut Badan Intelijen Pertahanan, telah kehilangan 2.048 tank dan 3.900 APC, sementara Ukraina kehilangan 468 tank dan 1.020 APC. Lebih lanjut, Ukraina dikatakan memiliki 802 tank dan 3.498 APC, sementara Rusia memiliki 419 tank dan 2.928 APC di medan perang.
Kendati demikian, Rusia memiliki keunggulan dalam pesawat tempur dan pertahanan udara. Reuters tidak dapat memverifikasi angka tersebut, yang bertentangan dengan penghitungan Rusia atas penghancuran peralatan Ukraina.
Baca juga:
- Penguasa Militer Mali Gunakan Tentara Bayaran Rusia, DK PBB Serukan Peninjauan Ulang Pengiriman Pasukan Perdamaian
- Utusan AS Berjanji Lakukan Apa Pun yang Diperlukan untuk Memulangkan Dua Warganya yang Ditahan di Rusia
- Muslim di Amerika Serikat Perjuangkan Idulfitri Sebagai Hari Libur Sekolah
- Klarifikasi Ucapannya Soal Taiwan, Presiden Macron: Ini Kebijakan Satu China, Kami Mendukung Status Quo
Dokumen AS juga menunjukkan kekhawatiran di Washington tentang serangan Ukraina jauh ke Rusia - dan bahkan berpotensi ke Moskow - karena dampak serangan semacam itu terhadap posisi China.
"China akan merespons dengan lebih kuat dan kemungkinan besar meningkatkan skala dan ruang lingkup materi yang bersedia diberikannya kepada Rusia, jika serangan Ukraina menghantam lokasi dengan nilai strategis tinggi atau tampaknya menargetkan para pemimpin senior Rusia," sebut laporan hasil penilaian intelijen.
Sejauh ini, Reuters telah meninjau lebih dari 50 dokumen, berlabel "Rahasia" dan "Sangat Rahasia", yang pertama kali muncul di situs media sosial pada Bulan Maret, konon mengungkapkan rincian kerentanan militer Ukraina dan informasi tentang sekutu termasuk Israel, Korea Selatan dan Turki.