Perdana! Inggris Tunjuk Wanita Jadi Bos Mata-mata Dunia Maya, Sebelumnya Wakil Kepala Badan Intelijen MI5
JAKARTA - Inggris menunjuk Anne Keast-Butler sebagai direktur wanita pertama dari badan komunikasi intelijen GCHQ pada Hari Selasa, yang bertugas melindungi negara dari teroris, penjahat dunia maya dan kekuatan asing jahat.
Dia akan mengambil alih peran tersebut pada Bulan Mei, menggantikan Jeremy Fleming yang mengundurkan diri setelah masa jabatan enam tahun.
Menteri Luar Negeri James Cleverly yang memilih Keast-Butler mengatakan, wanita tersebut memiliki rekam jejak yang mengesankan di jantung jaringan keamanan nasional Inggris.
"Anne akan menggunakan pengalamannya yang luas untuk membantu menjaga keamanan publik Inggris," katanya, melansir Reuters 11 April.
Dia saat ini adalah wakil direktur jenderal di badan intelijen domestik Inggris atau MI5.
GCHQ adalah agen penyadap utama Inggris dan memiliki hubungan dekat dengan Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat, serta dengan mitra di Kanada, Australia dan Selandia Baru dalam sebuah konsorsium yang disebut "Five Eyes".
GCHQ, yang menelusuri akarnya kembali ke awal abad ke-20 setelah pecahnya Perang Dunia Pertama, mengikuti MI5, tiga dekade kemudian, dalam menunjuk kepala perempuan.
Stella Rimington menjadi wanita pertama yang memimpin MI5 pada tahun 1992 dan dikatakan telah mengilhami casting Judi Dench dalam peran "M", kepala dinas intelijen luar negeri Inggris yang dikenal sebagai MI6, dalam film James Bond beberapa tahun kemudian.
Baca juga:
- Polisi New Jersey Perketat Pengamanan Masjid Usai Penikaman Imam saat Memimpin Salat
- Latihan Militer Telah Berakhir, Tapi Sembilan Kapal Perang dan 26 Pesawat Tempur China Masih Berada di Sekitar Taiwan
- Rezim Militer Myanmar Serang Acara Kelompok Perlawanan Sipil dengan Jet Tempur, 30 Orang Tewas
- Nilai Penahanan Jurnalisnya Tidak Sah, AS Sebut Rusia Langgar Hukum Internasional Karena Belum Beri Akses Konsuler
GCHQ memberikan pernyataan langka tentang pekerjaan siber ofensifnya awal bulan ini, mengungkapkan bahwa peretasnya telah meluncurkan operasi melawan militan, kampanye disinformasi yang didukung negara, dan upaya untuk ikut campur dalam pemilihan.
Badan tersebut juga bekerja sama dengan MI6, MI5, polisi, Departemen Pertahanan pemerintah dan mitra luar negeri, serta di sektor swasta maupun akademisi.