Bagikan:

JAKARTA - Rusia, Iran dan China menjadi perhatian intelijen Inggris, saat kepala mata-mata negara itu mengungkapkan ancaman keamanan terhadap negara yang dipimpin Raja Charles III tersebut.

Inggris harus mengatasi agresi Rusia untuk tahun-tahun mendatang, kata Ken McCallum, kepala badan intelijen dalam negeri Inggris Hari Rabu, menambahkan agensinya telah memblokir lebih dari 100 upaya Kremlin untuk memasukkan tersangka mata-mata ke Inggris sejak keracunan Salisbury.

Kepala MI5 menerangkan, Rusia telah mengalami "pukulan strategis" usai 400 mata-mata diusir dari seluruh Eropa setelah dimulainya perang di Ukraina, tetapi dia mengatakan Kremlin secara aktif berusaha untuk membangun kembali jaringan spionase, dikutip dari The Guardian 17 November.

Inggris sendiri telah mengusir 23 mata-mata Rusia yang menyamar sebagai diplomat, setelah peracunan Sergei dan Yulia Skripal di Salisbury pada 2018. Sejak saat itu, 'lebih dari 100 aplikasi visa diplomatik Rusia' telah ditolak dengan alasan keamanan nasional.

McCallum menuduh Rusia membuat "klaim konyol" tentang aktivitas Inggris tanpa bukti, seperti keterlibatan Inggris dalam penyerangan pipa gas Nord Stream. Tetapi, ia mengatakan poin seriusnya adalah, "Inggris harus siap untuk agresi Rusia di tahun-tahun mendatang."

Selain Rusia, bos MI5 mengatakan ancaman juga meningkat dari Iran, dengan adanya 10 upaya penculikan bahkan pembunuhan terhadap orang yang berbasis di Inggris sepanjang tahun lalu.

"Badan intelijen agresif" Iran secara aktif menargetkan Inggris dan telah melakukan setidaknya 10 upaya untuk "menculik atau bahkan membunuh" individu yang berbasis di Inggris atau Inggris sejak Januari, karena rezim merasakan tekanan yang lebih besar daripada sebelumnya.

Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri memanggil Wakil Duta Besar Iran, terkait ancaman pembunuhan terhadap dua jurnalis yang berbasis di London oleh agen yang didukung Iran, lantaran laporan mengenai protes di Iran.

Sementara China, kata McCallum, sedang memainkan 'permainan panjang' berusaha untuk memupuk kontak jangka panjang dengan politisi dan mengintimidasi anggota diaspora China, termasuk ketika pengunjuk rasa pro-demokrasi "tampaknya menjadi subjek kekerasan" di luar Konsulat China di Manchester.