Kematian Anak dalam Kecelakaan Saat Mudik Lebaran Harus Menjadi Perhatian Serius Pemerintah dan Masyarakat
JAKARTA - Kematian anak di jalan terlibat dalam kecelakaan saat mudik meningkat. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta pemerintah dan seluruh masyarakat untuk memperhatikan keamanan anak ketika merencanakan mudik Lebaran.
“Ini sangat penting karena rupanya, kematian (pada anak, red.) akibat kecelakaan itu signifikan jumlahnya,” kata Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso dikutip ANTARA, Selasa 4 April.
Ia menyatakan salah satu faktor yang menyebabkan angka kematian pada anak terus meningkat signifikan berupa terjadinya kecelakaan ketika berkendara di jalan.
Ketika para dokter anak berupaya terus merawat setiap anak melalui pemantauan tumbuh kembang secara rutin, pemberian imunisasi, dan peningkatan nutrisi yang baik, ia menilai semua akan sia-sia jika keamanan selama diperjalanan tidak diperhatikan.
Masalahnya, katanya, kecelakaan saat ini banyak terjadi pada anak, terutama di usia remaja.Tren kematian akibat kecelakaan yang dipantau terus naik pada remaja usia 15-19 tahun dalam kurun waktu 2018-2020, perlu mendapatkan perhatian serius, baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Dalam hal ini, salah satu penyebabnya terdapat remaja yang belum berumur legal, sudah diberikan izin untuk mengendarai kendaraan bermotor tanpa adanya aba-aba atau instruksi keamanan yang baik.
“Jangan sampai ini menjadi kontributor yang signifikan pada mortalitas anak-anak kita khususnya pada remaja. Ini terkait juga dengan mudik termasuk di kampung. Maunya silaturahim Lebaran, malah kecelakaan, ini malah jadi buat musibah sendiri karena perbuatan sendiri karena tidak ada masalah safety-nya (keamanan),” ujar Piprim.
Oleh karenanya, ia meminta kerja sama setiap anggota keluarga untuk memastikan terlebih dahulu setiap bentuk keamanan pada anak, seperti kondisi kesehatan yang baik dan memeriksa setiap persiapan di perjalanan.
Dengan demikian, setiap anak bisa terhindar dari kecelakaan, dan melanjutkan tumbuh kembang lebih optimal.
Bagi pemerintah, Piprim berharap, dapat lebih mempertajam pemantauan terkait hal ini bersama IDAI, sehingga dapat menemukan solusi pasti dari permasalahan yang sudah jelas.
“Ini bisa diturunkan kejadian mortalitasnya dengan upaya-upaya yang masif, dengan bantuan pemerintah, media massa dan masyarakat juga, supaya anak-anak kita bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal dan menjadi generasi unggul di kemudian hari,” ucapnya.
Anggota Satgas Perlindungan Anak IDAI Hari Wahyu Nugroho mengatakan pengetatan keamanan pada anak bisa dilakukan dengan cara mempersiapkan perlengkapan berkendara, seperti helm, SNI, jaket, sepatu pengendara hingga ikat pinggang bagi pengendara roda empat.
Ia mengatakan pentingnya memastikan kendaraan yang digunakan telah sesuai standar tanpa adanya modifikasi-modifikasi yang melanggar standar keamanan berkendara, seperti komponen lampu, knalpot, hingga klakson yang berpotensi bisa menyebabkan pelanggaran lalu lintas.
Baca juga:
Bagi orang tua, ia meminta, tidak menyetir dalam pengaruh alkohol dan obat-obatan terlarang seperti napza, sedangkan bagi remaja yang berkendara harus dipastikan memiliki legalitas berkendara sehingga memahami dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas.
“Mohon bagi anak ataupun orang tua ketika berkendara tetap menggunakan alat perlindungan diri sesuai protokol kesehatan yang berlaku. Road injury, termasuk ke dalam 15 penyebab disabilitas secara global pada usia anak dan remaja,” ujarnya.