Gubernur Jambi Akui Tidak Bisa Tindak Tegas Pemilik IUP yang Sebabkan Kemacetan

JAKARTA - Gubernur Jambi Al Haris mengaku hanya bisa mengurai kemacetan yang diakibatkan oleh truk pengangkut batu bara yang melintas di jalan lintas Sumatera. Ia juga mengaku tidak bisa menindak tegas pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang tidak menaati peraturan.

"Kami siap mengurai macet dengan kondisi keterbatasan yang ada. Kewenangan kami terbatas sebagai Gubernur," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI, Rabu 29 Maret.

Menurutnya kewenangan untuk menindak pemilik IUP berada di bawah kendali Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Ketika pemilik IUP membangakang tidak patuh, kelemenahan kami tidak bisa beri sanksi karena izin semua pengawasan ada di Kementerian ESDM. Kami hanya bisa mengatur dan megurai macet, lain tidak bisa," beber Haris.

Lebih jauh ia menjelaskan penyebab kemacetan yang terjadi adalah adanya peningkatan jumlah truk pengangkut batu bara yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Ia menjelaskan, pada tahun 2021 saat harga komoditas batu bara mulai meningkat, banyak pemegang IUP mulai menggunakan Jalan Nasional untuk mengangkut batu bara karena belum memiliki jalan khusus.

"Awal-awal tidak macet karena jumlah masih terbatas, tapi begitu akhir 2021 harga mulai cukup baik, mulai ada peminat yang menginvestasikan kendaraan di Jambi," lanjut Haris.

Ia menanjutkan, kendaraan pengangkut tersebut tidak hanya berasal dari Jambi tapi juga berasal dari wilayah lain seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan dan wilayah lainnya dan berjullah lebih dari 12.000 truk pengangkut.

Untuk mengatasi kemacetan tersebut, Haris sudah berkoordinasi dengan Ditlantas untuk mengatur kemacetan dan kembali mengaktifkan jembatan timbang dan menggunakan nomor lambung bagi kendaraan untuk menertibkan kendaraan yang melintasi jalan nasional tersebut. Namun pada praktinya terdapat banyak kendaraan pengangkut liar di luar transportir batu bara yang sudah terdaftar.

"Ternyata nomor lambung juga tidak tertib karena jumlahnya makin hari main meledak, engga bisa kita atasi lagi kondisinya maka muncul kemacetan di jalur tersebut," pungkas Haris.