Biar Gak Salah Paham Sama Istilah Aseksualitas, Ini Penjelasan Menurut Psikolog
YOGYAKARTA – Minat seksual sebagai muasal dari hubungan seksual, didekatkan dengan kesejahteraan hubungan berpasangan dan keintiman. Namun bagaimana dengan aseksual yang dipandang keliru atau dikaitkan dengan gangguan seksual atau masalah hubungan?
Arti kata aseksual menurut KBBI, berarti tanpa hubungan kelamin, tanpa kelamin atau memiliki organ kelamin yang kurang fungsinya, atau diproduksi tanpa melalui kegiatan seksual atau berkembang secara berlainan. Kalau menurut psikolog Dr. Daniel Marston, aseksualitas merupakan identitas seksual yang mana tidak ada ketertarikan seksual pada orang lain. Orang yang mengidentifikasi diri sebagai aseksual menginginkan keintiman emosional tetapi tidak terlalu atau tidak menginginkan keintiman seksual.
Selama dekade terakhir, masyarakat lebih sadar bahwa seksualitas jauh lebih beragam dan beraneka segi. Termasuk salah satunya preferensi aseksual. Dilansir Psychology Today, Senin, 13 Maret, identitas seksual seringkali bersifat ‘cair’, yang berarti individu dapat mengubah identitas seksual mereka menjadi identitas yang berbeda.
Aseksual menurut psikolog dan penulis Comparative Psychology for Clinical Psychologists and Therapists, Dr. Daniel Marston, bukanlah pantang karena alasan agama atau karena hubungan yang menyakitkan. Aseksual tidak menganggap seks menyakitkan atau memiliki masalah medis yang memengaruhi kenikmatan seksual. Aseksual juga bukan represi seksual atau bentuk disfungsi seksual Bukan pula identitas seksual yang terjadi karena seseorang tidak menemukan pasangan.
Seksualitas yang notabene dianggap penting, sebenarnya tidak esensial. Ini menandai keterhubungan manusia, yang lebih penting daripada pengalaman seksualitas dalam hubungan seksual. Dalam sudut pandang biologis, seksualitas memang penting dalam ranah reproduksi. Tetapi ketika tidak memiliki orientasi atau rencana memiliki anak atau reproduksi, maka seks tak lagi penting.
Di lain itu, tak melakukan hubungan seks bukan berarti seseorang tidak bisa menjadi orang tua. Ada cara untuk adopsi, fertilisasi in-vitro, dan ibu asuh adalah cara alternatif untuk menjadi orang tua tanpa seks. Meski perlu dicatat, tidak tertarik pada seks dan tidak menganggapnya penting tidak sama dengan tidak dapat berhubungan seks. Banyak orang aseksual melakukan hubungan seks dengan pasangannya ketika tujuannya adalah untuk memiliki anak. Dengan cara ini dan lainnya, seks dapat berperan dalam kehidupan orang aseksual jika memiliki tujuan yang jelas.
Tak hanya pada manusia, aseksual juga terjadi pada hewan. Penelitian biologis dilakukan tahun 2018 yang menunjukkan bahwa hewan dalam spesies tertentu juga aseksual. Ketika orang menyadari bahwa mereka aseksual, seringkali itu menakutkan. Itu juga bisa menakutkan bagi keluarga dan orang yang mereka cintai. Ketakutan ini sering kali disebabkan oleh betapa pentingnya kita mengasosiasikan seks sebagai sesuatu yang ‘esensial’ dan sangat penting bagi banyak orang.
Penting dan esensial mungkin tampak seperti perbedaan kecil tetapi sesungguhnya perbedaan yang besar. Semua orang menjalani hidup mereka tanpa memiliki sesuatu yang dianggap sangat penting oleh orang lain. Hidup sebagai manusia individu berarti menemukan jalan ke depan dengan apa yang Anda anggap penting dan bukan apa yang orang lain lakukan bukan?
Baca juga:
Marston memaparkan, tertarik pada seks tidak lebih penting pada cara-cara indah untuk menemukan pasangan. Termasuk menyelesaikan perbedaan atau berkomunikasi dalam aspek seksualitas secara terbuka. Sebagai penutup, menjadi aseksual tidak selalu mendapatkan pasangan yang sepemahaman aseksual. Nyatanya, hubungan berpasangan antara aseksual dan seksual membawa hubungan unik dalam hal seks. Pasangan ini membawa lebih banyak keintiman emosional dalam hal seks.