Bertemu Elite PBB, PPP Ingin Ada Parpol Lain Gabung KIB
JAKARTA - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menginginkan ada partai politik (parpol) lain bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Ketua DPP PPP Achmad Baidowi atau Awiek mengatakan, partainya tidak ingin hanya berkoalisi dengan Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN).
"KIB sejak terbentuk memang menginginkan KIB bertambah pasukannya tidak hanya 3 parpol," ujar Awiek di kantor DPP PPP, Jalan Diponegoro Menteng, Jakarta, Senin, 13 Maret.
Karena itu, Awiek mengungkapkan, ketiga parpol terus berupaya mengajak parpol lain untuk berkoalisi dengan KIB. Termasuk hari ini PPP mengadakan pertemuan dengan PBB dan PDIP dalam waktu dekat.
"Ini dalam rangka ikhtiar, kalau kemudian dalam perjalananya tidak cocok hanya tetap 3 (parpol) ya apa boleh buat," ungkapnya.
Soal nama capres maupun cawapres, Awiek menegaskan, saat ini masih dikomunikasikan antara Ketua Umum PPP, PAN dan Golkar. Dia mengklaim, ketiga parpol masih solid.
"Ini (soal capres) harus didiskusikan dengan teman-teman KIB karena Golkar mau mengajukan Ketumnya yang lain pun seperti itu. Tentu ini akan menjadi catatan tersendiri," pungkasnya.
Baca juga:
Sebelumnya, Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra mengatakan pertemuan dengan PPP untuk membahas soal koalisi pada Pemilu 2024 agar tetap eksis ke depannya.
"Bahas koalisi dan bagaimana caranya mempertahankan eksistensi Partai Islam, agar jangan lenyap ditelan zaman," ujar Yusril kepada wartawan, Senin, 13 Maret.
Dia menjelaskan, pertemuannya dengan pimpinan PPP hanya untuk memperkuat eksistensi partai-partai Islam. Karena menurutnya, perpolitikan Indonesia harus imbang antara dua kekuatan politik besar yaitu Islam dan nasionalisme.
"Di negeri kita ini dua kekuatan politik besar tetap harus ada Islam dan Nasionalisme. Kekuatan politik Islam makin terkikis oleh pragmatisme dan politik uang," jelas pakar hukum tata negara ini.
Yusril menuturkan, partai Islam sangat bergantung pada umat untuk eksis. Pasalnya, tidak ada pemodal yang mau mendanai partai Islam.
"Enggak ada konglomerat yang mau mendukung kekuatan politik Islam. Semua tergantung pada umat Islam sendiri," kata Yusril.