Bersiap Menghadapi Pergerakan Masyarakat pada Lebaran 2023

JAKARTA – Potensi pergerakan nasional pada momen libur Lebaran 2023 mengalami peningkatan 14,6 persen dibanding tahun lalu. Hasil survey Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan pada 28 Januari 2023 hingga 18 Februari 2023 menyebut 123,8 juta orang atau sekitar 45,8 persen dari jumlah penduduk Indonesia akan bepergian.

Dari jumlah tersebut, 106 juta orang di antaranya bertujuan mudik, 17,8 juta orang liburan ke luar kota, dan sisanya hanya sekadar memanfaatkan waktu libur.

Peningkatan tersebut, menurut pengajar teknik sipil Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno, terjadi karena sejumlah faktor, di antaranya keuangan keluarga yang membaik, cuti bersama, dan tidak diberlakukannya lagi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

“Momen libur Lebaran 2023 dan cuti bersama cukup panjang, mulai dari 21-26 April 2023. Masyarakat yang tidak merayakan Lebaran juga pasti ingin jalan-jalan,” tutur Djoko, yang juga menjadi narasumber di Tim Pelaksana Analisis Potensi Pola Pergerakan Masyarakat Tahun 2003 Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan kepada VOI pada 13 Maret 2023.

Bila mengacu dari analisis data 2022, ada sejumlah hal yang harus dievaluasi untuk mengurai kepadatan pada momen libur Lebaran. Untuk angkutan darat, tetap perlu rekayasa lalu lintas jalan tol seperti sebelumnya. Bisa dengan penerapan satu arah, contra flow, buka-tutup jalur, pengalihan jalur, atau ganjil-genap.

Kemacetan di Limbangan Garut, Jawa Barat pada momen libur Lebaran 2019. (Antara)

Lalu, mengoptimalkan jalur Lintas Selatan Jawa (Pansela) sebagai alternatif jalur mudik. Sehingga, memecah kepadatan di jalur Pantai Utara (Pantura).

“Mengapa masyarakat dan pemudik pada momen libur Lebaran tidak senang lewat Pansela karena rawan macet, dan rute yang berkelok-kelok. Belum lagi faktor keamanan, kurang prasarana penunjang, dan kondisi jalan yang rusak,” tutur Djoko.

Pengaturan rest area juga harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pemerintah. Perlu ada terobosan dalam pengelolaan rest area dengan memisahkan antara zona parkir dan zona aktivitas. Rest area Resta Pendopo KM 456 Salatiga bisa menjadi contoh.

“Kendaraan tidak semrawut. Yang harus menjadi perhatian juga kalau full. Agar kendaraan tidak istirahat di bahu jalan, harus ada pemberitahuan di sepanjang jalan sehingga pengendara bisa antisipasi. Kalau bisa, buat rest area sementara di luar jalan tol yang lokasinya dekat pintu tol. Perbanyak juga POM bensin portabel di area-area tertentu,” jelasnya.

Sedangkan untuk angkutan laut perlu menyediakan aplikasi pemesanan tiket, pemberlakuan delay system, dan pengaturan jadwal bongkar muat dan kedatangan kapal. Perlu juga penambahan kapasitas penampungan kendaraan, menambah jumlah kapal penyeberangan, implementasi secara permanen sistem buffer zone hingga perluasan dermaga yang padat.

“Pelabuhan Merak harus menjadi perhatian. Banyak masyarakat dan pemudik yang memilih menyeberang dini hari supaya aman. Saat sampai Lampung sudah terang. Kalau malam mereka takut karena jalur Lampung sangat rawan. Butuh upaya kepolisian terkait ini. Preman-premannya, termasuk yang ada di area pelabuhan berantas semua,” ungkap Djoko.

Begitupun untuk angkutan udara. Dari hasil analisis dan evaluasi juga perlu menambah jadwal penerbangan khusus untuk mudik dan arus balik, serta pemberlakuan penerbangan tambahan. Dengan begitu, jam operasional bandara otomatis juga perlu disesuaikan ulang.

Selain menyoal teknis, tambah Djoko, mengurangi kepadatan juga bisa dilakukan dengan memecah pergerakan mudik. Seperti dengan memberlakukan work from home, mempercepat libur anak sekolah, dan mempercepat pemberian THR.

“Serta kebijakan yang mengarah kepada distribusi pergerakan yang memberikan kesempatan mudik dan balik dapat terdistribusi sehingga tidak terjadi penumpukan pada momen libur Lebaran,” kata Djoko

Mayoritas Pilih Kendaraan Pribadi

Bila merujuk hasil survei tersebut, pergerakan masyarakat pada momen libur Lebaran 2023 mulai terjadi pada 15 April hingga mencapai puncaknya pada 21 April. Diperkirakan ada 18,7 juta orang yang memilih hari pertama cuti bersama tersebut.

Daerah tujuan terbanyak ke Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Jabodetabek, dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mayoritas masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi. Ada 27,32 orang menggunakan mobil pribadi dan 25,13 juta orang menggunakan sepeda motor.

Sisanya, memilih angkutan umum. Terbanyak adalah bus 22,77 juta orang, kereta api 14,45 juta orang, pesawat 6,19 juta orang, dan kapal laut, 1,66 juta orang.

“Di survei, ada juga yang memilih sewa mobil, ojek online, dan mobil travel,” kata Djoko.

Sedangkan arus balik terjadi sejak 23 April 2023 hingga puncaknya pada 25 April 2023.

Khusus Jabodetabek

Di Jabodetabek, potensi pergerakan masyarakat pada momen Lebaran 2023 juga meningkat 12,31 persen, dari hanya sekitar 14,3 juta orang pada 2022 menjadi 18,3 juta orang pada 2023 atau 54,31 persen dari jumlah penduduk Jabodetabek yang mencapai 33,8 juta orang.

Pergerakan mulai meningkat sejak 19 April hingga puncaknya pada 21 April. Mayoritas memilih berangkat pagi hari sekitar pukul 07.00-09.59 WIB dan sehabis subuh sekitar pukul 04.00-06.59 WIB.

Tujuan terbanyak ke Pulau Jawa. Sebanyak 6,2 juta orang mengarah ke Jawa Tengah, 5,6 juta orang Jawa Barat, 1,8 juta orang ke Jawa Timur, 1 juta orang ke Daerah Istimewa Yogyakarta, dan 843 ribu orang ke Banten.

Sebanyak 4,4 juta orang memilih menggunakan mobil pribadi, 4,2 juta orang bus umum, 3,2 juta orang kereta api, dan 2,3 juta orang menggunakan sepeda motor.

Sementara, arus balik terjadi sejak 25 April 2023 hingga 1 Mei 2023.

Hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan menyebut ada 2,3 juta orang di Jabodetabek yang berpergian menggunakan sepeda motor, baik untuk mudik atau sekadar liburan memanfaatkan momen libur Lebaran 2023. (Antara/Raisan Al Farisi/wsj/pri)

Keselamatan pemudik khususnya yang menggunakan sepeda motor juga harus mendapat perhatian. Momen Lebaran tahun lalu saja, menurut data PT Jasa Raharja terjadi 4.107 kecelakaan lalu lintas dan 568 korban di antaranya meninggal dunia.

Sehingga, kampanye keselamatan berlalu lintas khususnya saat musim mudik harus lebih intensif lagi.

“Sosialisasi harus dilakukan lebih awal, dorong masyarakat untuk menggunakan angkutan umum, dan perbanyak program mudik gratis,” kata Djoko menandaskan.