Presiden China Sebut Penggunaan Sumber Daya Pertahanan yang Lebih Baik Diperlukan untuk Memenangkan Perang
JAKARTA - China perlu meningkatkan penggunaan sumber daya pertahanannya seperti teknologi, rantai pasokan, dan cadangan nasional "untuk memperkuat tentaranya dan memenangkan perang", kata Presiden Xi Jinping pada Hari Rabu.
Presiden Xi adalah panglima angkatan bersenjata China dan akan secara resmi terpilih kembali sebagai presiden akhir pekan ini.
Mengkonsolidasikan dan meningkatkan "kemampuan strategis terintegrasi" adalah persyaratan baru yang ditetapkan oleh Partai Komunis yang berkuasa, kata Presiden Xi kepada perwakilan Tentara Pembebasan Rakyat dan polisi militer selama sesi tahunan parlemen, lapor penyiar negara CCTV.
Mengenakan jas China berwarna hijau tentara, dia mengingatkan militer harus dipimpin oleh partai. Presiden Xi mendapatkan masa jabatan ketiga yang memecahkan preseden sebagai ketua partai tahun lalu.
"Tiongkok perlu menggunakan ilmu, teknologi, dan industri pertahanan dengan lebih baik untuk memperkuat tentaranya dan memenangkan perang," jelas Presiden Xi, melansir Reuters 9 Maret.
Dia meminta laboratorium nasional untuk mempercepat penelitian mereka di bidang teknologi pertahanan, sehingga China tidak harus bergantung pada negara asing.
Lebih lanjut, dia juga mengatakan rantai pasokan industri harus lebih tangguh, menyerukan lebih banyak pembangunan infrastruktur dan penyiapan cadangan nasional untuk tujuan pertahanan.
Baca juga:
- Menlu Saudi Sebut Suriah Dapat Kembali ke Liga Arab, Tapi Belum Saat Ini
- Balas Serangan Israel di Jenin, Militan Gaza Palestina Luncurkan Roket
- Paus Fransiskus Sebut Kesempatan yang Sama Bagi Wanita Kunci Dunia Lebih Baik
- PBB Sebut Afghanistan Negara Paling Represif Terhadap Perempuan dan Anak di Dunia
Kendati demikian, Presiden Xi tidak merinci apa "risiko strategis", seperti yang dia katakan, yang perlu ditangani oleh militer.
Diketahui, China mengambil sikap yang semakin tegas terhadap Amerika Serikat dan negara-negara lain, tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk merebut kembali Taiwan, yang menolak klaim kedaulatan Beijing atas Taiwan.