Kepala BNPB Terbang ke Natuna, Pimpin Rapat Darurat Bencana Longsor
JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto hari ini terbang ke Natuna, Provinsi Kepulauan Riau untuk memastikan penanganan darurat bencana tanah longsor berjalan dengan baik
Suharyanto terbang dari pangkalan udara TNI AU Lanud Halim Perdanakusuma pada pukul 13.20 WIB menggunakan pesawat Hercules C-130 dan dijadwalkan tiba di Lanud Sadjad Ranai, Natuna sore hari.
"Setibanya di Natuna, Kepala BNPB akan memimpin rapat penanganan darurat bencana tanah longsor bersama seluruh unsur forkopimda Kabupaten Natuna," kata Plt. Kapusdatinkom Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya, Selasa, 7 Maret.
Dalam mendukung upaya pencarian, pertolongan dan evakuasi, BNPB turut mendatangkan tim BASARNAS dan relawan penanggulangan bencana dalam satu manifest.
Selain itu, BNPB juga membawa beberapa logistik dan peralatan yang meliputi tenda pengungsi 4 buah, tenda keluarga 100 buah, selimut 500 kasman, matras 500 kasman, genset listrik ukuran 2 kva 15 unit, paket makanan 1.500, paket rendang 1.500, velbed 200 unit dan lampu garam 100 buah.
Di samping itu BNPB juga akan menyerahkan bantuan Dana Siap Pakai (DSP) untuk penanganan darurat.
Sebagai informasi, tanah longsor terjadi di Kecamatan Serasan dan Serasan Timur pada Senin, 6 Maret. Longsor terjadi setelah hujan yang menyebabkan banjir sejak Sabtu, 4 Maret lalu.
Berdasarkan pendataan hari ini per pukul 07.00 WIB, longsor telah telah merenggut 10 korban jiwa dengan 6 orang sudah didentifikasi dan 4 lainnya belum diidentifikasi.
Lalu, 47 orang masih dinyatakan hilang. Longsor ini juga mengakibatkan 1 orang luka berat dan 3 luka ringan. Selain itu, sebanyak 1.216 jiwa mengungsi dengan rincian 219 jiwa di PLBN, 215 jiwa di Puskesmas, 500 jiwa di pelimpak dan masjid serta 282 jiwa di SMA 1 Serasan. Longsor ini juga menimbun 27 rumah.
Kepala Bidang Kedaruratan, Pusdalops PB dan Logistik BPBD Provinsi Kepulauan Riau, Junainah menyebut angka ini masih bergerak dan berpotensi bertambah.
"Kemungkinan data dapat berubah-ubah. Informasi terakhir tadi memang sudah ada kantong jenazah sebanyak 10 kantong yang sudah terisi," kata Junaiah, Senin, 6 Maret.
Junaiah menjelaskan, saat ini proses evakuasi masih berlangsung oleh tim BPBD, Basarnas, TNI, dan Polri. Perkembangan banjir dan longsor masih sulit dilaporkan karena jaringan komunikasi terputus, sehingga pemutakhiran data belum bisa dilakukan secara maksimal.
Baca juga:
- Ketua DPRD Yakin Feeder ‘Wirawiri Suroboyo' Mampu Urai Kemacetan Surabaya
- 52 Angkutan Feeder ‘Wara Wiri Suroboyo’ Mulai Beroperasi
- Anggaran Penanganan Banjir Surabaya Rp704,7 Miliar, DPRD Ingatkan Pemkot Kerja Maksimal
- PPATK Blokir 40 Rekening Keluarga Rafael Alun Trisambodo, Nominalnya Capai Ratusan Miliar
Kondisi cuaca, sulitnya akses, ditambah jaringan telekomunikasi yang terputus pun diakuinya menghambat proses pencarian dan pertolongan.
"Cuaca berubah-ubah. Angin masih kencang. Ombak sedang tinggi. Lokasi berada di beda pulau dari pusat pemerintahan Kabupaten Natuna. BPBD Provinsi tetap standby," ungkap dia.