BPBD Ponorogo Tetapkan Kawasan Zona Merah di Lokasi Tanah Bergerak
PONOROGO - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur menetapkan kawasan zona merah dengan radius hingga 1 kilometer dari titik lokasi tanah gerak di Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, Ponorogo.
"Ya kita tetapkan zona merah karena kondisi rekahan tanah terus bertambah," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo Surono dilansir ANTARA, Selasa, 28 Februari.
Dia menjelaskan, dengan penetapan zona merah itu, seluruh aktivitas dilarang dilakukan, meskipun sekedar menjaga atau membersihkan rumah sendiri.
Kawasan itu dianggap berbahaya karena retakan bertambah dalam dan lebar sekitar 5 centimeter setiap dua jam, secara masif terjadi di 25 titik retakan.
"Hasil observasi ada penambahan rata-rata 5 centimeter setiap dua jam," katanya.
Saat ini kondisi rumah warga yang berada di lokasi tanah retak juga mengalami kerusakan.
Bahkan ada sejumlah bangunan yang retak di bagian lantai dan dinding sehingga terpaksa dibongkar.
BPBD juga menetapkan area steril dari aktifitas warga sejauh satu kilometer dari lokasi pergerakan tanah.
Baca juga:
- Pemeriksaan Eks Pejabat Kemenkeu Rafael Alun Disebut KPK Bisa Dilakukan Berkali-kali
- Jill Sebut Joe Biden Berencana Maju Dalam Pilpres AS 2024, Tapi Belum Putuskan Waktu Deklarasi
- Dinamika Capres KIB: PAN Dukung Ganjar, PPP Pertimbangkan, Golkar Tetap Airlangga
- Dorong Perlucutan, Menlu Retno: Tanpa Aksi Nyata yang Tegas, Bencana Nuklir hanya Soal Waktu
Surono menerangkan, untuk sementara waktu sembari menunggu tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG) melakukan mitigasi secara lebih detail, pihaknya memantau pergerakan tanah menggunakan patok kayu untuk melihat pergerakan tanah yang terjadi.
"Patok kayu itu untuk melihat berapa perubahan permukaan tanah yang retak dan ambles," imbuhnya.
Selain karena curah hujan yang tinggi, retakan tanah tersebut juga karena adanya sumber air dari atas gunung yang menggerus tanah di bagian bawah sehingga retakan setiap jam mengalami pertambahan.
"Memang ada sumber air di atas sana, mengalir di bawah tanah sehingga menggerus dan menyebabkan retakan bertambah," katanya.