Pasukan Ukraina Bertahan saat Rusia Membombardir Wilayah Timur, Presiden Zelensky: Tentara Kami Pahlawan Sejati
JAKARTA - Tentara Rusia meningkatkan serangannya di Ukraina timur, saat berusaha untuk mengepung kota pertambangan kecil Bakhmut, tempat pertempuran terberat kedua negara saat ini berpusat.
Rusia sedang mencoba untuk memotong jalur pasokan pasukan Ukraina ke kota dan memaksa mereka untuk menyerah atau mundur. Itu akan memberi Rusia hadiah besar pertamanya dalam lebih dari setengah tahun, membuka jalan untuk merebut pusat kota terakhir yang tersisa di wilayah Donetsk.
"Musuh terus-menerus menghancurkan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk melindungi posisi kami sebagai benteng dan pertahanan. Tentara kami yang mempertahankan daerah di sekitar Bakhmut adalah pahlawan sejati," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Senin, melansir Reuters 28 Februari.
Militer Ukraina mengatakan, Rusia telah memperkuat pasukannya di daerah Bakhmut dan menembaki permukiman di sekitar kota.
"Selama beberapa hari terakhir, tentara kami memukul mundur lebih dari 60 serangan musuh," kata militer pada Selasa pagi, mengacu pada Bakhmut dan daerah timur terdekat, menambahkan pasukan Ukraina juga menangkis serangan Rusia di desa Yadhidne dan Berkhivka, di pendekatan utara ke Bakhmut.
Sementara itu, analis militer Ukraina Oleh Zhdanov mengatakan, pasukan Rusia telah membuat celah di antara desa-desa itu, ketika mereka mencoba memotong jalan ke barat menuju Chasiv Yar.
"Bagian selatan Bakhmut adalah satu-satunya daerah yang dapat digambarkan berada di bawah kendali Ukraina. Di semua distrik lain, situasinya tidak dapat diprediksi," katanya dalam komentar video.
"Tidak mungkin untuk mengatakan di mana letak garis depan," sambungnya.
Tentara Ukraina di wilayah Donetsk berperang di parit berlumpur, setelah cuaca yang lebih hangat mencairkan tanah beku.
"Kedua belah pihak tetap pada posisinya, karena seperti yang Anda lihat, musim semi berarti lumpur. Jadi, tidak mungkin untuk bergerak maju," kata Mykola (59), komandan baterai peluncur roket garis depan Ukraina, sambil melihat layar tablet untuk koordinat tembakan.
Pencairan musim semi, yang dikenal sebagai rasputitsa, memiliki sejarah merusak rencana tentara untuk menyerang di seluruh Ukraina dan Rusia barat, mengubah jalan menjadi sungai dan ladang menjadi rawa.
Rusia, yang menerjunkan ratusan ribu wajib militer untuk menggantikan tentaranya yang tewas, mengintensifkan serangannya di sepanjang front timur, tetapi harus dibayar mahal.
"Pertempuran ganas sedang terjadi di sana. Komando melakukan segala yang bisa dilakukan untuk menghentikan musuh maju melalui wilayah kami," Serhiy Cherevatyi, juru bicara komando militer timur Ukraina, mengatakan kepada televisi Ukraina.
Rusia mengatakan pasukannya telah menghancurkan depot amunisi Ukraina di dekat Bakhmut, serta menembak jatuh roket buatan AS dan drone Ukraina.
Baca juga:
- Misi Medis Kedaruratan Selesai, Indonesia Hibahkan Rumah Sakit Lapangan ke Pemerintah Turki
- Brasil Izinkan Dua Kapal Perang Iran Berlabuh di Rio de Janeiro Meski Ada Tekanan dari Amerika Serikat
- Presiden Putin Anugerahkan Penghargaan Tertinggi Rusia untuk Aktor Hollywood Steven Seagal
- Dorong Perlucutan, Menlu Retno: Tanpa Aksi Nyata yang Tegas, Bencana Nuklir hanya Soal Waktu
Terpisah, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Amerika Serikat sedang merencanakan provokasi di Ukraina menggunakan bahan kimia beracun. Tidak ada tanggapan langsung dari AS.
Pasukan Ukraina sebagian besar berfokus pada mempertahankan posisi bertahan dalam beberapa pekan terakhir, tetapi diperkirakan akan mencoba melakukan serangan balasan di akhir tahun dengan senjata baru dari Barat.
Diketahui, pasukan Ukraina yang kalah jumlah berhasil menangkis serangan Rusia yang bertujuan merebut ibu kota di awal perang, kemudian merebut kembali wilayah yang cukup besar.