Presiden Putin Tangguhkan Rusia dari Perjanjian Pembatasan Senjata Strategis, China: Perang Nuklir Tidak Dapat Dimenangkan

JAKARTA - Diplomat China menyebut perjanjian pembatasan senjata strategis dan sejenisnya penting untuk keamanan globalmendorong pihak-pihak terkait untuk selalu berdialog untuk solusi terbaik.

Itu disampaikan oleh Duta Besar China untuk PBB Zhang Juntak lama setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan penangguhan Rusia dari perjanjian pembatasan senjata strategis.

Menuduh Amerika Serikat telah mengubah perang Ukraina menjadi konflik global dalam pidatonya di hadapan Parlemen serta elite politik dan militer Rusia pada Hari Selasa, Presiden Putin mengatakan Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian New START.

"Kami selalu berpandangan bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan tidak boleh dilakukan," kata Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun kepada para wartawan pada Hari Selasa, melansir Reuters 22 Februari.

Zhang mengatakan, perjanjian New START dan instrumen lainnya penting bagi arsitektur keamanan global, menambahkan bahwa "dalam isu-isu penting ini, pihak-pihak yang terlibat harus terus bernegosiasi satu sama lain untuk menemukan solusi yang baik."

Perjanjian New START adalah perjanjian nuklir terakhir yang berlaku antara Rusia dan Amerika Serikat, dua negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia, dengan kekuatan keduanya mencapai 90 persen hulu ledak nuklir yang ada di dunia.

Selain itu, perjanjian New START membatasi kedua belah pihak untuk memiliki 1.550 hulu ledak pada rudal balistik antarbenua, rudal balistik kapal selam dan pesawat pengebom berat. Kedua belah pihak telah memenuhi batas tengah pada tahun 2018.

Di bawah perjanjian yang akan berakhir pada tahun 2026 ini, Amerika Serikat dan Rusia dapat secara fisik memeriksa persenjataan nuklir masing-masing, meskipun ketegangan di Ukraina telah membuat inspeksi terhenti.