Masih Tradisional, Perikanan Indonesia Butuh Investasi untuk Hilirisasi

JAKARTA - Investasi bisa memperkuat hilirisasi perikanan di Indonesia. Pasalnya, saat ini Indonesia hanya bergantung pada perikanan tradisional saja, kekuatan industri masih belum besar.

Asisten Deputi Pengelolaan Perikanan Tangkap Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Ikram Malan Sangadji menyebut, sektor perikanan Indonesia masih didominasi oleh perikanan tradisional yang mencapai sekitar 80 persen. Padahal, hilirisasi perikanan sangat bertumpu pada kekuatan industri.

"Kalau kami bicara industri dengan skala usaha tradisional sebesar 80 persen, menurut saya itu akan sulit. Oleh karena itu, pemerintah harus mendorong kekuatan investasi, tidak harus investasi asing, tetapi memperkuat investasi nasional dengan basis kekuatan ekonomi lokal, ini bisa menjadi kekuatan industri perikanan," kata dia kepada wartawan di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin, 20 Februari, kemarin.

Ikram juga mengingatkan bahwa kebijakan hilirisasi sebaiknya disesuaikan dan diarahkan dengan basis Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP).

WPP Negara Republik Indonesia (NRI) digunakan sebagai satuan untuk pengelolaan perikanan secara luas yang mencerminkan karakteristik wilayah dan sumber daya yang terkandung di dalamnya, serta berfungsi untuk pendugaan potensi, konservasi, pengendalian, dan pengawasan.

"Dengan basis WPP, saya kira bisa memperkuat industri-industri nasional. Dengan kekuatan industri, maka hilirisasi itu dapat tercapai nilai ekonomi sosialnya," ujar Ikram.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan, implementasi kebijakan Penangkapan Ikan Terukur (PIT) bertujuan meningkatkan geliat usaha di bidang perikanan dengan tetap memperhatikan keberlanjutan sumber daya yang ada dan menjadikan ekologi sebagai panglima, sehingga dapat mewujudkan ekonomi biru, laut sehat, Indonesia sejahtera.

Dalam hal ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memiliki lima program ekonomi biru, di antaranya perluasan target kawasan konservasi perairan, pengembangan budi daya perikanan ramah lingkungan khususnya untuk komoditas unggulan ekspor (udang, kepiting, rumput laut, lobster), pengelolaan berkelanjutan pesisir dan pulau-pulau kecil, penanganan sampah plastik di laut melalui program Bulan Cinta Laut, serta penerapan kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota.

Kebijakan ekonomi biru diharapkan bisa memacu tumbuhnya industri hilirisasi sektor perikanan di Indonesia sekaligus mendorong hilirisasi subsektor perikanan budi daya di Indonesia.