JAKARTA - Pemerintah sedang fokus untuk mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam (SDA). Setidaknya ada 28 komoditas yang akan dikembangkan dan membutuhkan investasi sebesar 618 miliar dolar AS atau setara Rp9.826 triliun (asumsi kurs Rp15.900 per dolar AS).
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengatakan investasi tersebut akan berkontribusi kepada peningkatan produk domestik bruto atau PDB mencapai 235,9 dolar AS atau setara Rp3.750 triliun.
“Total investasi dibutuhkan juga sangat-sangat besar, hingga 2040 angkanya sudah ada adalah 618 miliar dolar AS dengan akan kontribusi pada peningkatan PDB sebesar 235,9 miliar dolar AS,” tuturnya dalam rapat koordinasi nasional (Rakornas) Investasi 2025, dikutip dari YouTube BKPM, Rabu, 11 Desember.
Berdasarkan data yang dipaparkan, rincian kebutuhan investasi mencapai 618 miliar dolar AS tersebut terdiri dari sektor mineral dan batu bara sebesar 498,4 miliar. Mencakup komoditas batu bara, nikel, timah, tembaga, besi baja, bauksit, mangan dan lainnya.
Lalu, investasi di sektor minyak bumi dan gas senilai 68,3 miliar dolar AS. Kemudian, sektor perkebunan, kelautan, perikanan hingga perkebunan mencapai 51,3 miliar dolar AS.
“Kembali lagi yang paling penting adalah penciptakan lapangan pekerjaan kurang lebih mencapai 3 juta lebih lapangan terhadap kerja baru. Selain itu ekspor juga diproyeksikan mencapai 857,9 miliar dolar AS,” ujarnya.
BACA JUGA:
Rosan mengatakan terdapat 28 komoditas yang akan dikembangkan dalam proyeksi tersebut. Selain sektor mineral dan batu bara (minerba), terdapat komoditas lain dari sektor perkebunan, kelautan, perikanan dan kehitanan yakni kelapa sawit, udang, rumput laut dan lainnya.
“Di hilirisasi tentunya kita sudah melakukan pemetaan awal, yaitu tadi sudah disampaikan seperti disinggung sedikit bahwa ada 28 komoditas strategis dari 8 sektor utama ini adalah yang kami sudah lakukan meliputi mineral, batu bara, minyak bumi, gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan,” ucapnya.
Menurut Rosan, meskipun pemerintah melakukan pengembangan industri hilir diberbagai sektor, namun hilirisasi di nikel tetap akan dilanjutkan mengingat potensinya sangat besar.
“Tentunya dari 28 komunitas ini kalau kita perhatikan, kita akan terus melanjutkan tentunya hilirisasi di bidang nikel. Nikel adalah salah satu bidang yang kami lihat sangat-sangat berpotensi dan hilirisasi tahap pertama ini akan kami terus lakukan supaya nilai tambah dan industrialisasinya bisa tercapai,” jelasnya.