Paramount+ Akan Naikkan Harga Streaming di Beberapa Pasar, Ini Penyebabnya
JAKARTA - Paramount Global Inc mengumumkan akan menaikkan harga layanan streaming andalannya, Paramount+, di beberapa pasar setelah melaporkan pendapatan kuartalan yang lebih rendah dari yang diharapkan.
Pendapatan iklan televisi mereka turun 7% pada kuartal yang berakhir pada Desember 2022, meskipun adanya peningkatan dari iklan politik pada pemilihan paruh waktu AS pada bulan November.
Meskipun demikian, Paramount+ berhasil menambahkan jumlah pelanggan yang signifikan karena streaming film "Top Gun: Maverick", yang membantu bisnis dalam menghadapi penurunan permintaan akan kabel dan TV berbayar. Paramount+ telah menambahkan 9,9 juta pelanggan baru, menjadikan total pelanggan mencapai rekor sebesar 70 juta.
Untuk memprioritaskan layanan streaming, Paramount+ mengumumkan akan menggabungkan Showtime dengan layanan streaming-nya di seluruh platform pada tahun ini, dan berencana menaikkan harga untuk langganan Paramount+ Premium dan Essential di Amerika Serikat dan beberapa pasar non-AS.
Baca juga:
- Cara Mengubah Background Google Chrome dengan Gambar Pribadi
- Zeys Ugkap Roster MLBB Pria untuk SEA Games Kamboja Sudah Ditentukan, Siapa Saja?
- Senator Elizabeth Warren Desak Menteri Keuangan AS untuk Lakukan Apapun Demi Kendalikan Industri Cryptocurrency
- Hyundai Indonesia Luncurkan Virtual Showroom untuk Belanja Mobil Online
Akan tetapi penjualan yang kurang optimal dan peningkatan biaya pinjaman serta turunnya permintaan konsumen telah memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengurangi pengeluaran iklan.
Hal ini juga mempengaruhi kinerja Paramount Global, yang melaporkan kerugian operasional di unit konsumen langsung, yang mencakup layanan streaming seperti Paramount+ dan PlutoTV. Meskipun pendapatan total naik 2% menjadi 8,13 miliar dolar AS (Rp123 triliun) pada kuartal tersebut, hal itu masih di bawah ekspektasi pasar.
Sebelum pengumuman kenaikan harga, saham Paramount Global Inc telah mengalami peningkatan sebesar 45% sejak awal tahun 2023 hingga penutupan pasar pada hari Rabu. Namun, setelah pengumuman tersebut, saham perusahaan turun sebesar 7% sebelum pembukaan pasar pada Kamis, 15 Februari.