Enggan Buat Video Penyesalan dan Mendapat Surat Perintah Penangkapan, Pecatur Iran yang Lepas Hijab Tidak Menyesal
JAKARTA - Pecatur wanita Iran yang terpaksa tinggal di Spanyol, usai berkompetisi tanpa hijab sebagai dukungan protes terhadap penguasa Teheran, mengaku tidak menyesal, kendati dia juga mendapati surat perintah penangkapan.
Sarasadat Khademalsharieh (25) atau yang lebih dikenal sebagai Sara Khadem mengatakan kepada Reuters, surat perintah, yang membuatnya tidak mungkin kembali ke Iran, adalah "hal paling mengerikan" yang terjadi padanya.
Dia mengatakan, setelah bermain di FIDE World Rapid and Blitz Chess Championships Bulan Desember di Almaty Kazakhstan tanpa jilbab wajib di bawah aturan pakaian yang ketat di Iran, dia memprediksi hanya akan dikenai larangan bepergian.
"(Sebagai pemain catur) kami selalu harus memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi ... itu tidak berjalan seperti yang saya harapkan," katanya kepada Reuters di sebuah lokasi yang dirahasiakan di Spanyol selatan di mana dia sekarang tinggal dengan suami dan anaknya, seperti dilansir 16 Februari.
Khadem, yang tiba di Spanyol pada Bulan Januari dengan visa tinggal terkait dengan pembelian properti, mengatakan pihak berwenang Iran telah menyuruhnya untuk merekam video, mengatakan dia menyesali tindakannya sebagai syarat untuk kembali ke rumah.
Dia menolak, dan kemudian mengetahui tentang surat perintah itu.
"Tetap saja, melepas jilbab adalah sesuatu yang saya pikir benar untuk dilakukan dan saya tidak menyesali apa pun," katanya, menambahkan bahwa dia hanya mengenakan jilbab di turnamen ketika ada kamera, dan banyak olahragawan Iran merasakan cara yang sama.
"Tapi itu (tanpa hijab) telah menjadi salah satu simbol gerakan di Iran dan saya juga memutuskan untuk akhirnya melakukan sesuatu yang saya inginkan, menjadi diri saya sendiri... Saya termotivasi oleh rakyat Iran," ujarnya.
Undang-undang yang memberlakukan kewajiban mengenakan jilbab telah menjadi titik nyala selama kerusuhan yang melanda Iran sejak pertengahan September, ketika seorang wanita Iran-Kurdi berusia 22 tahun, Mahsa Amini, tewas dalam tahanan polisi moralitas.
Khadem mengatakan kematian Mahsa "membuat kami semua patah hati", menginspirasi banyak orang untuk memprotes. Serangkaian olahragawan wanita yang berkompetisi di luar negeri sejak itu tampil tanpa jilbab di depan umum.
"Ada banyak hal yang orang tidak senang saat ini, jadi meskipun kali ini tidak mengubah apa pun, saya pikir akan tiba saatnya orang akan bangkit kembali," sebut Khadem, yang tidak mempertimbangkan dirinya seorang aktivis politik, tetapi ingin menjadi suara untuk perubahan.
Baca juga:
- Laporan PBB Nilai Seif al-Adel Secara De Facto Pemimpin Baru Al Qaeda, Buronan FBI yang Dihargai Rp151 Miliar
- Jet Tempur F-16 AS Cegat Sukhoi Su-30 dan Pengebom Strategis Tu-95SM Rusia di Dekat Alaska
- Dewan Keamanan PBB Pertimbangkan Rancangan Resolusi yang Meminta Israel Hentikan Pembangunan Permukiman
- Ada 6.200 Hoaks Seputar Gempa Turki, Polisi Tangkap 78 Orang Karena Unggahan Provokatif di Media Sosial
Memiliki peringkat 774 dunia dan 9 di Iran, Khadem berencana untuk tetap bermain di bawah bendera Iran, meski sejumlah negara telah mengajukan proposal untuk merekrutnya.
Dia mengatakan sanksi politik terhadap olahragawan dari negara-negara seperti Rusia seringkali tidak adil, dan larangan partisipasi mereka dalam turnamen menyebabkan penderitaan.
"Saya tahu banyak atlet tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di negara mereka," tambahnya.