Pertumbuhan Investasi di Indonesia Tak Berbanding Lurus dengan Lapangan Pekerjaan
JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengungkap bahwa tingginya pertumbuhan investasi yang masuk ke Indonesia tidak serta merta membuka lapangan pekerjaan yang luas di Tanah Air.
“Harus saya akui bahwa pertumbuhan investasi yang mencapai 30 persen lebih tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan,” katanya dalam rapat dengan Komisi VI DPR, ditulis Selasa, 7 Februari.
Kata Bahlil, lapangan pekerjaan yang tercipta dari tahun ke tahun pertumbuhannya sangat kecil.
“Karena dari 2021 itu lapangan pekerjaan kita 1,2 juta lebih dan kemudian di 2022 1,3 juta lebih, pertumbuhannya tidak lebih dari 10 persen,” ujarnya.
Alasannya, kata Bahlil, karena banyak investor yang berinovasi dengan menginvestasikan dananya untuk teknologi tinggi. Sehingga menekan penggunaan sumber daya manusia.
“Ini betul-betul mengalami dinamika yang sangat luar biasa ya di sisi lain terjadi COVID-19. COVID-19 itu kan (membuat) orang hampir tidak bisa kerja. Tetapi perusahaan harus survive maka ada terobosan-terobosan inovasi baru yang dilakukan oleh perusahaan yang melakukan investasi dengan melakukan blending antara padat karya dan padat modal atau high technology,” tuturnya.
Bahlil mengaku tidak dapat berbuat banyak. Karena, kata Bahlil, investor juga memiliki hitungan ekonomis. Karena itu, Bahlil mengaku sulit mengarahkan investor untuk berinvestasi di sektor apa.
Baca juga:
“Saya harus jujur mengatakan memang mengotak-atik untuk mengarahkan orang untuk investasi di sektor ini bukan pekerjaan yang gampang. Karena ini bukan uang APBN atau bukan uang BUMN saja dan orang melakukan investasi semakin ke sini itu mereka melakukan investasi itu punya nilai ekonomis,” jelasnya.
Namun, kata Bahlil, meksipun investor menanamkan modal pada investasi dengan teknologi tinggi, pemerintah berusaha memaksakan adanya penyerapan tenaga kerja pada masa kontruksi.
“Dalam kontruksi ini ada yang kita paksakan untuk kalau bisa pakai tenaga kerja manusia, padat karya dalam masa konstruksi, yang tidak bisa kita pakai tenaga mesin, sampai seperti itu kita melakukan asistensi dalam rangka agar betul-betul pada masa pelaksanaan kontraksi itu menciptakan lapangan pekerjaan. Itu contoh karena saya tidak ingin investasi ini hanya angka-angka saja,” ucapnya.