Pemkab Ponorogo Target Turunkan Kasus Stunting Hingga 7 Persen

JAKARTA - Pemerintah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, menargetkan penurunan kasus stunting hingga tujuh persen dari angka tahun lalu (2022) yang mencatatkan data stunting sekitar 14,2 persen.

"Angka stunting Ponorogo sebenarnya sudah jauh di bawah Jawa Timur dan nasional. Namun kami tetap optimalkan upaya penurunan agar kualitas generasi penerus di Ponorogo semakin bagus," kata Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko di Ponorogo, Antara, Minggu, 5 Februari. 

Mengacu data stunting 2021, Kabupaten Ponorogo mencatatkan angka kasus sebesar 20 persen dari total jumlah penduduk setempat. Rasio itu kemudian turun hingga menjadi 14,2 persen pada 2022.

Tahun ini, Sugiri mencanangkan penurunan stunting atau penurunan kasus gangguan pertumbuhan hingga tujuh persen.

"Ini artinya dalam setahun angka penurunan stunting kita sekitar 5,7 persen, atau dari 100 anak 14 di antaranya yang mengalami stunting," kata Kang Giri, panggilan akrab Bupati Sugiri.

Tahun ini, lanjut dia, Ponorogo masih di urutan kedua setelah Kota Madiun untuk lingkup Madiun Raya atau eks-Mataraman dengan kasus terendah, serta urutan ke delapan terendah dari total 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.

Kepala BKKBN Ponorogo, Harjono mengatakan dari data saat ini jumlah prosentase angka stunting jauh di bawah Jawa Timur dan Nasional. Untuk Jawa Timur berada di angka 18,29 persen sedangkan nasional 21,11 persen.

"Jadi angka kita bagus, di bawah Jawa Timur dan Nasional," paparnya.

Ia memastikan saat ini pemerintah juga telah menetapkan target penurunan stunting di angka 14 persen pada tahun 2024.

Dengan kata lain, Ponorogo hanya perlu 0,2 persen dari prosentase saat ini untuk mencapai target yang telah dipatok pemerintah.

"Ini artinya Ponorogo sudah mendekati target yang ditentukan, tetap optimis mampu," katanya.

Harjono menambahkan, diperolehnya angka stunting di Ponorogo itu diambil dari 63 desa yang tersebar di 21 kecamatan yang telah disurvei.

Penetapan desa mendasar rekomendasi Badan Pusat Statistik (BPS) setempat. Sampelnya menyasar sepuluh balita tiap desa.

"Sehingga jika ditotal ada 630 balita yang menjadi sampel dalam survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI)," paparnya.

Selain SSGI ada juga metode lain yakni melalui Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) atau bulan timbangan di posyandu pada bulan Februari dan Agustus. Jika merujuk E-PPGBM angka stunting di Ponorogo di angka 13,92 persen.