Hari Kedua Salihara Jazz Buzz: Penampilan Rumit nan Estetis Filipus Cahyadi Project
JAKARTA - Filipus Cahyadi Project menjadi penampil Salihara Jazz Buzz 2023 pada hari kedua, Minggu, 5 Februari. Filipus dipilih menjadi penampil lewat undangan terbuka yang kemudian diseleksi oleh tim kurator dari Komunitas Salihara.
Filipus sebagai drumer, dalam penampilan pertamanya di festival musik jazz tahunan Komunitas Salihara itu, membawa konsep unik dengan menggunakan angka ganjil (3,5,7,11 dan 13) dalam lima komposisi yang ia mainkan.
Repertoar pertama yang dibawakan Filipus Chayadi berjudul Three in One ditampilkan dalam format trio, dengan Restha Wirananda (piano) dan Ferdinand Chandra (contrabass).
Diinspirasi dari angka “3”, komposisi yang dibawakan didominasi sukat 3/4, meski terkadang beralih menjadi 4/4 dan kemudian kembali ke 3/4.
Pada repertoar selanjutnya yang berjudul Lima, Filipus mencoba bereksplorasi dengan laras madenda dari Sunda yang dimainkan dalam tangga nada diatonis.
“Musik Sunda itu kan pentatonik, ada lima nada (da, mi, na, ti, la), jadi aku coba di lagu Lima ini pakai lima nada itu. Tapi pada prosesnya aku coba buat lebih modern,” kata Filipus Cahyadi seusai penampilannya di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan.
Tidak hanya penggunaan tangga nada pentatonik. Repertoar kedua ini didominasi dengan sukat 5/4 dan juga dimainkan dengan format quintet, ditambah dengan Kuba Skowronski dan Arini Kumala (cello).
Lanjut ke repertoar ketiga dengan format quartet (minus cello), Filipus Cahyadi menampilkan komposisi barunya yang diinspirasi oleh angka “7”. Didominasi sukat 7/8, lagu tersebut diberi judul Lucky Number.
Repertoar keempat menjadi yang paling menarik dalam penampilan Filipus kali ini. Masih dengan format quintet, Restha beralih memainkan kibor, Ferdinand memainkan bass elektrik dan Kiba memainkan saksofon tenor.
Memainkan komposisi barunya, Tim Sepak Bola, Filipus mencoba menampilkan pengamatannya terhadap tim sepak bola lewat musik. Seperti sepak bola yang dimainkan oleh sebelas pemain, Filipus mengadopsi angka tersebut dalam interval nada dan sukat 11/8 yang rumit.
Komposisi kali ini memiliki bentuk musik dan dinamika yang rumit. Diawali solo drum, komposisi berlanjut ke solo drum, kibor dan saksofon tenor secara bersamaan dengan bass sebagai latar, yang mana sangat khas dari repertoar musik jazz. Kemudian, terdapat unison yang dilanjutkan dengan irama funk dan disko.
“Aku coba bikin vibes di mana orang semangat nonton bola. Itu yang kebayang di otakku saat buat dinamika-dinamika dalam lagu in,” ujar Filipus Cahyadi mengenai komposisi yang ia buat tersebut.
Pada repertoar terakhirnya, Filipus membawakan karyanya yang berjudul Ganjil Genap. Komposer muda ini membagi angka “13” yang jadi konsep penampilannya ke dalam sukat 7/8 dan 6/8.
Seluruh penampil kembali bermain seperti format pada repertoar kedua, namun ditambah dengan Indra Perkasa (contrabass) sebagai kolaborator.
Baca juga:
Untuk menutup penampilannya, Filipus bereksplorasi dengan musik keroncong. Mulai progresi akor, melodi lagu dan teknik flute dari Kuba Skowronski mencoba untuk mengimitasi gaya musik khas Nusantara itu, namun tentunya dengan variasi-variasi lain yang jauh lebih menarik.
Dari lima repertoar yang ditampilkan, Ganjil Genap dapat dikatakan sebagai karya yang paling mudah dinikmati, khususnya bagi mereka yang belum terlalu mengenal musik jazz.
Konsep unik dan repertoar menarik yang ditampilkan Filipus Cahyadi Project kali ini dapat dikatakan sebagai gagasan untuk terus mencari bentuk estetika baru dalam musik Indonesia. Hal tersebut selaras dengan Salihara Jazz Buzz yang secara konsisten menampilkan berbagai musisi jazz kenamaan dan potensial dengan berbagai kebaruannya.