Pemerintah Waspadai Gejolak Harga Energi meski Inflasi Melandai
JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan bahwa Indonesia terus mengalami tren inflasi melandai dan cenderung rendah dibandingkan negara-negara ASEAN serta negara G20.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan, pemerintah akan tetap menggunakan APBN dan instrumen fiskal untuk mengelola inflasi agar berada dalam batas yang moderat.
“Tren inflasi mulai turun perlahan, terutama dari administered price yang berasal dari harga bahan bakar. Pemerintah terus mengantisipasi pergerakan harga komoditas energi dan ketersediaan pasokan BBM untuk memastikan fungsi stabilisasi APBN, yaitu sebagai shock absorber di tengah kondisi global yang masih bergejolak,” ujarnya dikutip Jumat, 3 Februari.
Febrio menjelaskan, dilihat berdasarkan kelompok, inflasi inti turun ke angka 3,27 persen year on year (yoy) dari 3,36 persen pada Desember 2022.
Disebutkan jika kinerja inflasi ini di satu sisi berasal dari penurunan inflasi kebutuhan sandang, perumahan dan jasa layanan perumahan, serta rekreasi.
Di sisi lain, sambung dia, terjadi peningkatan inflasi pada sektor kesehatan serta perawatan pribadi dan jasa lainnya.
“Inflasi inti yang masih terjaga di atas 3 persen menunjukkan daya beli masyarakat yang masih kuat dan optimisme menyambut tahun 2023,” tutur Febrio.
Anak buah Sri Mulyani itu menyebut inflasi pangan bergejolak (volatile food) meningkat menjadi 5,71 persen dari Desember 2022 yang sebesar 5,61 persen.
Peningkatan tersebut didorong oleh harga pangan yang cenderung volatile sebagai dampak faktor musiman dan gangguan cuaca.
“Untuk menjamin ketersediaan pangan dan menjaga stabilitas harga pangan di masyarakat, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui percepatan impor, antisipasi lonjakan harga akibat risiko gangguan cuaca, serta persiapan menghadapi Ramadan dan Idulfitri yang sudah dilakukan dari sejak awal tahun,” tegas Kepala BKF.
Baca juga:
Adapun untuk kelompok administered price, inflasi tercatat 12,28 persen lebih rendah dibandingkan Desember 2022 yang sebesar 13,34 persen, dengan faktor pendorongnya adalah tarif angkutan udara dan bensin yang menurun.
Sementara harga rokok dan tarif air PAM mengalami kenaikan yang dipengaruhi oleh kenaikan tarif cukai dan peningkatan pelayanan air bersih kepada masyarakat.
Diberitakan sebelumnya, inflasi IHK Januari 2023 tercatat sebesar 5,28 persen secara tahunan. Angka itu lebih rendah dibanding Desember 2022 yang sebesar 5,51 persen.
“Ke depan, pemerintah bersama bank sentral akan terus berupaya menjaga inflasi, mengingat pengendalian inflasi merupakan salah satu isu utama yang menjadi perhatian,” katanya.
“Upaya pengendalian inflasi terus ditempuh melalui berbagai kebijakan, antara lain stabilisasi harga pangan, penguatan pasokan dan cadangan domestik, antisipasi gejolak harga akibat risiko gangguan cuaca, serta persiapan menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN),” tutup Febrio.