Relawan Serbia Mulai Pelatihan Tempur di Ukraina, Presiden Vucic Minta Rusia Stop Perekrutan Rakyatnya: Langgar Peraturan
JAKARTA - Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan, perekrutan warganya sebagai sukarelawan untuk berperang dengan tentara bayaran Grup Wagner di Ukraina melanggar aturan, tegas meminta Rusia menghentikan langkah tersebut.
Presiden Vucic mengkritik situs web dan grup media sosial Rusia, karena menerbitkan iklan dalam bahasa Serbia, di mana Grup Wagner memanggil sukarelawan untuk bergabung dengan barisannya.
"Mengapa Anda, dari Wagner, memanggil siapa pun dari Serbia ketika Anda tahu itu melanggar peraturan kami?" kata Presiden Vucic pada Senin malam dalam sebuah siaran oleh Happy TV yang berbasis di Beograd, melansir Reuters 18 Januari.
Diketahui, Legislatif Serbia melarang partisipasi warganya dalam konflik di luar negeri dan beberapa orang telah dihukum karena melakukannya.
Presiden Vucic membantah tuduhan bahwa Grup Wagner yang dipimpin oleh Evgeny Prigozhin, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, hadir di Serbia di mana organisasi pro-Kremlin dan ultranasionalis mendukung invasi ke Ukraina.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Serbia Milos Vucevic juga memperingatkan warga Serbia agar tidak bergabung dengan Rusia dalam perang melawan Ukraina.
"Ini akan menghasilkan konsekuensi hukum setelah mereka dapat dimintai pertanggungjawaban di hadapan badan-badan negara," tegas Vucevic kepada Radio Free Europe.
Pada Hari Selasa, kantor berita RIA Rusia menayangkan rekaman TV dari dua pria bertopeng yang mengidentifikasi mereka sebagai sukarelawan Serbia, dalam kursus pelatihan senjata di wilayah Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia di Ukraina.
Gubernur wilayah itu Yevgeny Balitsky mengatakan Hari Selasa, orang-orang Serbia yang telah bergabung dengan batalion sukarelawan Pavel Sudoplatov, untuk memulai tugas pelatihan tempur.
"Relawan Serbia sudah mulai melakukan tugas pelatihan tempur, termasuk koordinasi dan kohesi sebagai anggota batalion Pavel Sudoplatov," tulisnya di saluran Telegramnya, seperti mengutip TASS,
menambahkan proses pelatihan berlangsung dalam kondisi yang mendekati kondisi pertempuran. Relawan bertanggung jawab untuk memastikan keamanan Wilayah Zaporizhzhia dan kota Melitopol.
Lebih jauh, Balitsky mengatakan perekrutan sukarelawan untuk batalion terus berlanjut. Pada 13 Januari, Balitsky mengumumkan sukarelawan Serbia bergabung dengan batalion sukarelawan yang dinamai Pavel Sudoplatov, menambahkan di negara asalnya, para sukarelawan bertugas di polisi militer dan ahli seni bela diri.
Pada akhir Desember, Balitsky mengatakan bahwa batalion Pavel Sudoplatov sudah melakukan sejumlah tugas di garis belakang, namun belum dikirim ke garis depan.
Meski berulang kali mengutuk invasi Rusia terhadap Ukraina di PBB dan beberapa forum internasional lainnya, Beograd juga menolak menjatuhkan sanksi terhadap Moskow.
Baca juga:
- Donald Trump Pilih Carolina Selatan sebagai Tempat Kampanye Perdana Pencalonannya untuk Pilpres AS 2024
- Buntut Penyerbuan Brasilia, 40 Tentara yang Mengawal Kediaman Presiden Brasil Lula Ditarik
- Rusia Rencanakan Perubahan Besar Angkatan Bersenjata Tahun 2023-2026, Menhan Shoigu: Jamin Keamanan
- Polisi Selidiki Dokter yang Rawat Bos Mafia Messina Denaro saat Buron, Jaksa Nilai Cukup Sehat Jalani Hukuman Penjara
Serbia sendiri sepenuhnya bergantung pada impor gas dari Rusia dan pengecer minyak NIS dimiliki oleh Gazprom Rusia.
Diketahui, Serbia adalah kandidat untuk bergabung dengan Uni Eropa, mitra dagang dan investor utamanya, tetapi juga mempertahankan kerja sama perdagangan dan militer dengan Rusia, sekutu tradisional Slavia dan Kristen Ortodoks.
Relawan Serbia ambil bagian dalam pertempuran bersama pasukan pro-Rusia di Ukraina pada 2014 dan 2015. Tidak ada yang tahu pasti jumlah persisnya pada satu waktu, tetapi lusinan orang Serbia telah mendaftar untuk bertempur di Ukraina sejak 2014, kata pengamat.