Ekonomi Indonesia Diproyeksi Tetap Tumbuh Kokoh di Level 5 Persen pada 2023

JAKARTA - Kantor Riset Ekonomi Makro ASEAN+3 (AMRO) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh tetap kokoh di level 5 persen pada tahun 2023 dari perkiraan 5,3 persen di 2022, yang didorong permintaan domestik yang solid.

"Permintaan domestik yang solid diperkirakan akan mendukung perekonomian Indonesia di tengah perkiraan perlambatan permintaan global," ujar Kepala Ekonom AMRO Sumio Ishikawa dalam keterangan resmi, dikutip dari Antara, Jumat 13 Januari.

Maka dari itu, ia menilai implementasi bauran kebijakan diperlukan untuk menjaga harga dan stabilitas eksternal sambil mempertahankan momentum pemulihan yang didorong oleh penguatan permintaan domestik. Sementara ekspor diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas dan peningkatan nilai tambah dari industri hilir berbasis sumber daya alam.

Pada saat yang sama, melonjaknya harga pangan dan bahan bakar global, yang diintensifkan oleh perang Rusia dan Ukraina, diteruskan ke harga domestik dan mengangkat inflasi umum. Meskipun demikian, inflasi harga konsumen Indonesia relatif terkendali dibandingkan negara-negara tetangga dan diperkirakan moderat dalam kisaran target bank sentral pada triwulan IV-2023.

Di sisi lain, stabilitas rupiah tetap terjaga di tengah penguatan dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Surplus neraca berjalan dan arus masuk investasi asing yang kuat mendukung keseimbangan eksternal Indonesia.

Menurut Ishikawa, bauran kebijakan bank sentral telah disesuaikan dengan tepat sebagai respons terhadap hambatan eksternal untuk mempertahankan momentum pertumbuhan sambil memastikan stabilitas keuangan.

"Bank Indonesia (BI) mulai menormalkan kebijakan moneter dengan menaikkan rasio giro wajib minimum rupiah. BI juga meningkatkan suku bunga acuannya untuk menahan kenaikan ekspektasi inflasi dan menstabilkan nilai tukar rupiah," tuturnya.

Dengan kondisi perbankan yang sehat secara finansial, lanjut dia, kebijakan makroprudensial bank sentral tetap dilonggarkan sejalan dengan langkah-langkah kebijakan lainnya dari Komite Stabilitas Sistem Keuangan untuk mendukung pemulihan ekonomi.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah kebijakan untuk menahan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat, termasuk di dalamnya upaya untuk memperkuat pasokan dan distribusi barang-barang kebutuhan antar daerah, terutama pangan dan bahan pangan.

Untuk meredam gejolak harga komoditas global, Pemerintah RI menaikkan anggaran subsidi untuk tahun 2022 dan mempertahankan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, sedangkan harga BBM bersubsidi dinaikkan baru-baru ini. Selain itu, Pemerintah Indonesia memberikan tambahan bantuan tunai dan subsidi upah kepada kelompok rentan.

Pelaksanaan paket reformasi pajak 2021, kata Ishikawa, ditambah dengan pulihnya kegiatan ekonomi dan rejeki tak terduga dari harga komoditas, mendukung kinerja penerimaan yang kuat pada tahun 2022.

"Defisit anggaran kemungkinan akan menyempit hingga di bawah 3 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2022, satu tahun lebih cepat dari rencana pemerintah. AMRO memperkirakan defisit fiskal akan dipertahankan di bawah 3 persen dari PDB pada tahun 2023," ucap Ishikawa.