Pengamat Sebut Harga Pertalite Seharusnya Bisa Turun ke Rp8.000 per Liter

JAKARTA - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira berpendapat, harga Pertalite seharusnya Rp8.000 per liter.

"Pertalite ini kan subsidi harusnya pertalite sudah bisa di harga 8.000 per liter," ujar Bhima kepada VOI, Rabu 11 Januari.

Bhima menambahkan, saat ini publik juga meminta bukan hanya harga Pertamax yang disesuaikan dan diumumkan secara lebih transparan, melainkan juga harga Pertalite dan Solar.

"Kemarin alasan BBM subsidi dinaikkan harganya akibat minyak mentah mahal, sekarang harga minyak di 75 dolar AS per barel ya harusnya Pertalite dan Solar ikut turun harga nya," imbuh Bhima.

Bhima juga menyambut positif usulan pemerintah untuk mengumumkan penyesuaian harga BBM setiap pekan karena disesuaikan dengan harga minyak dunia yang juga berfluktuasi setiap hari.

"Skema perubahan harga untuk BBM nonsubsidi sah saja dilakukan tiap minggu, apalagi dengan tren harga minyak mentah yang sedang menurun. Jadi yang umumkan naik turun langsung Pertamina dengan formula harga yang transparan," lanjutnya.

Ia juga menilai hal ini bagus dibanding naik turunnya harga Pertamax dijadikan komoditas politik.

"Misalnya ada pejabat yang maunya tampil saat pengumuman harga BBM turun, tapi begitu naik diam-diam," beber Bhima.

Sementara itu terkait inflasi yang diakibatkan penyesuaian harga BBM tiap pekan, Bhima menyampaikan bahwa untuk jangka pendek, jika harga BBM mengalami penurunan, maka inflasi yang timbul juga bisa lebih rendah.

"Tapi sebaliknya di era harga minyak mentah tinggi maka pengumuman tiap minggu efek ke inflasinya lebih cepat," pungkas Bhima.