Permintaan Turki Dinilai Terlalu Banyak untuk Aplikasi NATO, PM Swedia: Mereka Menginginkan Hal yang Tidak Dapat Kami Berikan
JAKARTA - Swedia yakin Turki akan menyetujui permohonannya untuk bergabung dengan aliansi militer NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara, tetapi tidak akan memenuhi semua persyaratan yang telah ditetapkan Ankara untuk dukungannya, kata Perdana Menteri Swedia pada Hari Minggu.
"Turki sama-sama menegaskan, kami telah melakukan apa yang kami katakan akan kami lakukan. Tetapi, mereka juga mengatakan, mereka menginginkan hal-hal yang tidak dapat atau tidak ingin kami berikan kepada mereka," kata Perdana Menteri Ulf Kristersson dalam konferensi think-tank pertahanan di Swedia, melansir Reuters 9 Januari.
Finlandia dan Swedia menandatangani perjanjian tiga arah dengan Turki pada tahun 2022, yang bertujuan untuk mengatasi keberatan Ankara, terkait persetujuan keanggotaan di Pakta Pertahanan Atlantik Utara.
Mereka melamar pada Bulan Mei untuk bergabung dengan NATO sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina. Tetapi, Turki keberatan dan menuduh negara-negara itu menyembunyikan militan, termasuk dari Partai Pekerja Kurdistan yang dilarang.
Baca juga:
- China Umumkan Fase Baru COVID-19, Manajemen Penanganan Diturunkan ke Kategori B
- Bantah Terkait Kerusuhan di Brasilia, Bolsonaro Klaim Selalu Pegang Konstitusi: Demonstrasi Bagian Demokrasi, Invasi dan Penghancuran Tidak
- Rusia dan Ukraina Kembali Lakukan Pertukaran Tahanan, Kepala Kantor Presiden Zelensky: Kita harus Membawa Pulang Semua Orang
- Pekan Lalu Kunjungi Kompleks Al Aqsa, Ben-Gvir Kini Perintahkan Polisi Israel Copot Bendera Palestina di Ruang Publik
Pada konferensi pers Hari Minggu, PM Kristersson mengatakan tuntutan yang tidak dapat atau tidak ingin dipenuhi Swedia, berada di luar lingkup memorandum tiga arah.
"Dari waktu ke waktu, Turki menyebutkan individu yang ingin mereka lihat diekstradisi dari Swedia. Untuk itu saya telah mengatakan, masalah tersebut ditangani dalam hukum Swedia," katanya.
Diketahui, Ankara menyatakan kekecewaannya dengan keputusan akhir tahun lalu dari pengadilan tinggi Swedia, untuk menghentikan permintaan ekstradisi seorang jurnalis yang diduga memiliki hubungan dengan ulama Islam Fetullah Gulen, yang disalahkan oleh Turki atas percobaan kudeta.