Dampak KDRT bagi Anak: Luka Masa Kecil yang Terbawa hingga Dewasa
YOGYAKARTA - Masih banyak ditemukan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Indonesia. KDRT terjadi di berbagai kalangan baik masyarakat biasa hingga selebritis. Namun paling kerap dialami oleh pasangan muda. Padahal ada banyak dampak KDRT bagi anak yang berefek buruk pada tumbuh kembang buah hati.
KDRT tidak hanya berbentuk kekerasan fisik. Kekerasan dalam rumah tangga juga bisa berupa kekerasan dalam psikologi, seksual, hingga hak atau kontrol terhadap anggota keluarga. KDRT tidak hanya merugikan pasangan yang terlibat konflik, namun juga berdampak negatif pada anak.
Dampak KDRT bagi Anak
Dalam kehidupan rumah tangga, tumbuh kembang dan kenyamanan anak sangat dipengaruhi oleh orang tuanya. Apabila terjadi KDRT dalam keluarga, maka anak-anak pun tidak bisa luput terkena dampaknya. Berikut berbagai dampak KDRT terhadap anak yang perlu orang tua pahami.
Trauma Emosional
KDRT bisa membuat anak-anak mengalami trauma emosional. Anak-anak memang tidak terlibat secara fisik ketika adanya KDRT. Namun konflik yang terjadi dalam rumah tangga sangat mempengaruhi kondisi mental atau psikologi anak. Dalam kondisi ini, anak-anak mengalami perasaan takut dan tensi yang tinggi saat di rumah.
Kejiwaan atau emosi anak-anak akan terganggu ketika melihat tindakan-tindakan KDRT. Misalnya ketika ibunya diancam, diserang secara fisik, diserang seksual, hingga direndahkan. Trauma yang dialami anak bisa terbawa hingga dewasa dan mengganggu kehidupan pribadinya.
Risiko Luka Fisik
Meski tidak tahu urusan konflik orang tuanya, namun anak-anak berpotensi mengalami luka fisik saat terjadi KDRT. Luka fisik yang diterima anak-anak akibat KDRT, bisa saja terjadi secara disengaja maupun tidak disengaja.
Pelaku KDRT bisa saja melampiaskan kemarahannya pada anggota keluarga di rumah, tidak menutup kemungkinan pada anak. Anak-anak bisa mengalami luka berupa memar, terkilir, patah tulang, luka terbuka, kelelahan, dan sebagainya.
Depresi
KDRT juga bisa membuat anak-anak mengalami depresi. Risiko depresi berpotensi tinggi dialami oleh anak-anak dalam keluarga yang melakukan KDRT. Bahkan perasaan depresi anak yang dialami saat kecil dapat terbawa hingga dewasa. Kemungkinan buruknya, anak-anak ini akan berpotensi mengulangi siklus kekerasan yang sama seperti yang pernah ia alami.
Anak-anak yang melihat atau mengalami KDRT akan mengalami masalah kesehatan mental, mulai dari stres hingga depresi. Depresi yang terbawa hingga dewasa dapat membuat si anak kesulitan menjalani hidup, mulai dari sulit dalam kehidupan sosial, pertemanan, pekerjaan, dan sebagainya.
Baca juga:
Perilaku Agresif
Dampak lain KDRT bagi anak adalah bisa membuat anak berperilaku agresif. Anak-anak atau remaja yang menyaksikan dan mengalami KDRT berpotensi meniru tindakan itu juga di luar rumah. Misalnya berkelahi ketika di sekolah, membolos sekolah, menipu temannya, mengonsumsi alkohol hingga obat-obatan terlarang, hingga melakukan perbuatan seksual yang dilarang.
Anak-anak yang mengalami KDRT berkemungkinan besar memilih tidak dekat dengan orang tuanya. Mereka justru lebih nyaman berada di luar dan melakukan segala perbuatan secara bebas atau di luar kontrol. Perilaku agresif hingga perbuatan negatif yang dilakukan bisa membuat anak terjerat masalah hukum dan membahayakan keselamatannya sendiri.
Demikian sejumlah dampak KDRT bagi anak yang berefek negatif pada kesehatan fisik hingga mental anak. Efek buruk KDRT tidak hanya diterima anak-anak saat masih kecil atau remaja, bahkan bisa terbawa hingga dewasa.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI . Kamu menghadirkan terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.