Masuk Perangkap Ikan Nelayan, Buaya 2,5 Meter Dievakuasi BKSDA Sultra
SULTRA - Seekor buaya muara masuk sero atau perangkap ikan milik nelayan di Desa Langgapulu, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra). Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) mengevakuasinya.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sultra Laode Kaida mengatakan, evakuasi buaya yang berukuran panjang 2,5 meter dan lebar 40 cm itu dilakukan setelah mendapat laporan dari warga.
"Evakuasi Tim BKSDA Sultra pada seekor buaya muara di Desa Langgapulu, Kecamatan Kolono Timur ini menindaklanjuti laporan masyarakat atas nama Maldin dan Jumain," katanya di Kendari, Sultra, Jumat 6 Januari, disitat Antara.
Dia menyampaikan, pihaknya yang menerima laporan tersebut langsung bergegas ke lokasi, kemudian membebaskan satwa liar itu dari perangkap ikan masyarakat di perairan Teluk Kolono.
Usai berhasil mengeluarkan buaya muara tersebut, lanjut Kaida, pihaknya kemudian mengevakuasi satwa dengan tingkat agresif yang tinggi itu menuju ke Kantor BKSDA Sultra.
Ia menambahkan, buaya tersebut akan dilepas liarkan ke habitatnya di kawasan penangkaran milik Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TN-RAW) di daerah Kabupaten Konawe Selatan.
"Setelah kami lakukan koordinasi dengan Kepala Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, buaya ini direkomendasikan akan dilepas liarkan ke habitatnya di Taman Nasional Rawa Aopa. Tim rescue akan dibantu oleh polisi kehutanan dan Pengendali Ekosistem Hutan Balai TN RAW," ujar dia.
Baca juga:
- PPP 'Bucin' ke Romahurmuziy, Masih Dianggap Aset Meski Mantan Narapidana Koruptor
- Lukas Enembe Bisa Resmikan Gedung di Papua, KPK: Artinya Dia Bisa Jalan, Tidak Terganggu Komunikasinya
- Ogah Kecolongan Lagi, Polisi Bakal Perketat Pengamanan Timnas Vietnam
- Pembangunan Jalan Tembus di Dekat Rumah Anies Baswedan Ternyata Sudah Dikerjakan, Begini Penampakannya
Kaida mengimbau kepada masyarakat agar lebih berhati-hati ketika melakukan aktivitas, utamanya di kawasan yang merupakan habitat satwa tersebut. Apalagi, buaya muara merupakan hewan dengan agresif yang tinggi.
Sebelumnya, Kepala BKSDA Sultra Sakrianto Djawie mengatakan, saat ini konflik buaya dengan manusia meningkat akibat terjadinya kerusakan habitat buaya.
Menurutnya, alih fungsi lahan di daerah muara sungai menjadi kawasan pemukiman atau tambak telah mempersempit habitat buaya, sehingga mereka kesulitan mendapat mangsa.
Kondisi yang demikian memaksa buaya keluar dari habitat mereka untuk mencari mangsa dan kadang sampai masuk ke daerah pemukiman penduduk.
"Hutan-hutan yang ada di sekitar muara sungai itu, yang didiami pakan-pakan buaya muara jadi hilang, sehingga tidak ada lagi ketersediaan pakan untuk buaya muara," kata Sakrianto.