Tentang 7 WNI yang Enggan Pulang dari Wuhan dan Penolakan Masyarakat Natuna

JAKARTA - Pemerintah memulangkan ratusan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, Provinsi Hubei, China, terkait serangan virus corona. Meski demikian, ada tujuh orang yang tidak dapat dipulangkan ke Tanah Air karena berbagai alasan.

Tiga orang tidak bisa dipulangkan lantaran tidak lolos pemindaian oleh Pemerintah China sehingga mereka dilarang keluar dari Wuhan. Sedangkan, empat lainya, memilih untuk tetap bertahan di kota tersebut dengan alasan masing-masing.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, berbagai upaya untuk merayu empat orang itu sudah dilakukan. Hanya saja, mereka bersikukuh untuk bertahan di kota yang terjangkit virus corona.

"Empat orang menyatakan tidak ingin berangkat karena lebih nyaman di sana. Meski kita sudah tawarkan semua," ucap Terawan, Minggu, 2 Februari.

Dengan penolakan tersebut, empat orang itu pun membuat surat pernyataan yang berisi mengenai alasan untuk tidak meninggalkan kota Wuhan.

Direktur Perlindungan WNI Kementrian Luar Negeru Judha Nugraha, mengatakan, proses evakuasi warga Indonesia dari Wuhan bersifat sukarela atau tanpa paksaan. Sehingga, semua keputusan untuk ikut atau tidak diserahkan sepenuhnya kepada yang bersangkutan.

"Pemulangan ini bersifat sukarela. Keputusan diserahkan kepada pilihan masing-masing," ucap Judha. Dengan alasan itu, pemerintah hanya dapat memulangkan 238 orang ke Tanah Air dari rencana awal 245 orang.

Minggu, 2 Februari, ratusan orang itu tiba di Bandara Hang Nadiem, Batam. Selanjutnya, mereka diterbangkan ke Lanud Raden Sajak di Natuna, Kepulauan Riau guna menjalani serangkaian medis selama dua pekan.

Namun, sejumlah warga Natuna menolak wilayah tempat tinggal mereka dijadikan sebagai lokasi observasi virus corona. Akibatnya, warga menggelar aksi unjuk rasa dengan cara berorasi hingga membakar ban.

TNI-Polri pun turun tangan untuk meredam aksi penolakan itu dengan cara memberikan penjelasan soal proses observasi virus corona. Masyarakat Natuna diminta untuk tidak khawatir lantaran ada jaminan jika virus itu tak akan tersebar dan menjangkit orang lain.

Selain itu, mereka juga diberi penjelasan mengenai ruang isolasi yang steril dan lokasi observasi pun berjarak sekitar 6 km dari pemukiman warga.

"Lokasi yang dijadikan tempat observasi kan itu adalah pangkalan militer, dan posisinya juga jauh sekali dari permukiman warga, yang terdekat itu jaraknya kurang lebih 6 kilometer," papar Harry.

Nantinya, untuk menekan rasa kekhawatiran masyarakat, TNI-Polri akan menggelar pengamanan di sekitar lokasi observasi. Selain itu, beberapa personel pun akan terus memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait penanganan virus corona.

"Kita kan memberikan pengamanan di wilayah lokasi observasi. Sekaligus kegiatan patroli tersebut juga kita isi dengan edukasi kepada masyarakat. Jadi bukan hanya sekadar patroli, tapi patroli dengan edukasi," tandas Harry.