Presiden Biden Terima Kunjungan Zelensky, Rusia: Tidak Mencari Perdamaian, Bertekad Lanjutkan Pertempuran
JAKARTA - Pembicaraan antara Presiden Vladimir Zelensky dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Washington Hari Rabu, menunjukkan Ukraina dan Amerika Serikat melanjutkan permusuhan, alih-alih mencari perdamaian, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam pengarahan Kamis.
"Pembicaraan di Washington menunjukkan bahwa baik Ukraina maupun Amerika Serikat tidak mencari perdamaian. Mereka bertekad untuk melanjutkan pertempuran," kata diplomat itu, melansir TASS 22 Desember.
"Pernahkah Anda mendengar sesuatu tentang negosiasi, tentang komunikasi apa pun dengan Rusia? Tentu saja tidak. Zelensky secara terbuka berbicara tentang negara kita dengan cara yang kasar - pada prinsipnya dia tidak dapat melakukan sebaliknya; bahkan 'tuannya' tidak berani melakukan itu. Mereka telah melakukan beberapa upaya, komentar, tetapi mereka belum tenggelam serendah itu," kritik Zakharova.
"Rupanya, Zelensky tidak punya apa-apa untuk dikatakan, bersikap kasar adalah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan," sambung Zakharova.
Dikatakan Zakharova, tujuan kunjungan tersebut sangat mudah diprediksi, untuk mendapatkan lebih banyak bantuan keuangan dan militer dari Washington.
"Tujuan kunjungan itu bisa diprediksi. Zelensky datang untuk meminta lebih banyak bantuan keuangan dan militer. Dia bahkan tidak datang dengan tuntutan, dia dibawa oleh mereka yang pada akhirnya akan mendapatkan bantuan keuangan itu, oleh mereka yang basis sementaranya, di arti militer dan metafora, uang ini nantinya akan kembali. Mereka membawanya ke sana seperti boneka, menunjukkannya kepada semua orang, mengembalikannya ke pesawat dan mengirimnya pergi," papar Zakharova.
Diplomat itu mengatakan bantuan telah dijanjikan, dan "semuanya disajikan sehingga tidak ada seorang pun di Kongres AS yang meragukan, rezim Kyiv perlu didukung lebih lanjut."
Diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat akan memberikan tambahan bantuan militer senilai 1,85 miliar dolar AS atau sekitar Rp28.750.665.000.000 untuk Ukraina, termasuk transfer Sistem Pertahanan Udara Patriot, kata Presiden Joe Biden dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken pada Hari Rabu, meski Rusia menentang pemberian bantuan semacam itu.
Pengumuman itu dikeluarkan ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tiba di Washington untuk bertemu Biden dan berpidato di Kongres AS, dalam perjalanan luar negeri pertamanya yang diketahui sejak Rusia menginvasi Ukraina 300 hari lalu.
Menlu AS Antony Blinken mengatakan, bantuan itu termasuk penarikan 1 miliar dolar AS untuk memberi Ukraina "pertahanan udara yang diperluas dan kemampuan serangan presisi". Serta 850 juta dolar AS dalam bantuan keamanan.
Baca juga:
- Soroti Anggaran Militer Jepang, Kementerian Luar Negeri Rusia: Penolakan Terang-terangan Terhadap Pembangunan Damai
- China Diterjang Gelombang COVID-19: India Tingkatkan Langkah Pencegahan, Waspadai Varian Baru
- Pantau Aktivitas China, Filipina Perkuat Militernya di Laut China Selatan
- Siapkan Stafnya untuk Pertempuran Menghadapi COVID-19, Rumah Sakit Shanghai: Kami Tidak Dapat Melarikan Diri
"Bantuan hari ini untuk pertama kalinya mencakup Sistem Pertahanan Udara Patriot, yang mampu menjatuhkan rudal jelajah, rudal balistik jarak pendek dan pesawat, pada ketinggian yang jauh lebih tinggi daripada sistem pertahanan udara yang disediakan sebelumnya," papar Menlu Blinken dalam pernyataan yang dirilis oleh Departemen Luar Negeri, seperti mengutip Reuters.
Patriot dianggap sebagai salah satu sistem pertahanan udara AS yang paling canggih dan menawarkan perlindungan terhadap rudal pesawat, jelajah dan balistik. Ini biasanya termasuk peluncur bersama dengan radar dan kendaraan pendukung lainnya.
Pentagon mengatakan paket bantuan itu juga akan mencakup amunisi untuk sistem roket artileri mobilitas tinggi (HIMARS), peluru artileri berpemandu presisi, dan amunisi udara presisi.