Uni Eropa Sepakat Batasi Harga Gas, Rusia Nilai Pelanggaran Mekanisme Pasar

JAKARTA - Upaya Barat untuk memberlakukan batas atas harga gas dinilai juru bicara Kremlin Dmitry Peskov melanggar mekanisme pasar.

"Ini adalah pelanggaran proses penetapan harga pasar, perambahan pada proses pasar. Referensi apa pun ke 'batas' tidak dapat diterima," kata juru bicara Kremlin, melansir TASS 20 Desember.

Rusia perlu waktu untuk mempertimbangkan pro dan kontra, serta memilih tanggapan terhadap sanksi gas baru, catat Peskov.

"Tentu saja, waktu akan diperlukan untuk menimbang secara menyeluruh semua keuntungan dan kerugian saat mencari solusi. Anda tahu proses minyak agak berlarut-larut. Namun demikian, (tanggapan Moskow terhadap batas harga minyak) akan dipublikasikan. Itu akan sama dengan gas," tukas Peskov.

"Tentu saja," tambahnya menanggapi pertanyaan apakah sanksi semacam itu dapat dianggap tidak dapat diterima.

Diberitakan sebelumnya, negara-negara Uni Eropa menyepakati batas atas harga gas dinamis sebesar 180 euro per MWh.

Pembatasan tersebut merupakan upaya terbaru Uni Eropa dari 27 negara untuk menurunkan harga gas, yang telah mendorong tagihan energi lebih tinggi dan mendorong rekor inflasi tertinggi tahun ini, setelah Rusia menghentikan sebagian besar pengiriman gasnya ke Eropa.

"Kami telah berhasil menemukan kesepakatan penting yang akan melindungi warga dari meroketnya harga energi," kata Jozef Sikela, Menteri Perindustrian Republik Ceko, yang memegang jabatan presiden bergilir Uni Eropa, melansir Reuters.

Diketahui, lonjakan harga listrik dan gas telah mengguncang perusahaan energi di seluruh Eropa, memaksa utilitas dan pedagang untuk mengamankan dana tambahan dari pemerintah dan bank untuk memenuhi persyaratan margin call.

Kontrak mencapai rekor tertinggi 343 euro pada Agustus, lonjakan harga yang mendorong Uni Eropa untuk bergerak maju dengan batasan harganya.

Kendati disepakati, Hungaria dikatakan menentang batasan harga, sementara Belanda dan Austria memilih abstain. Keduanya telah menolak batasan tersebut selama negosiasi, khawatir hal itu dapat mengganggu pasar energi Eropa dan membahayakan keamanan energi Eropa.