Rumah Sakit di Jerman Kewalahan karena Peningkatan Penyakit Pernapasan Akut
JAKARTA - Sistem perawatan kesehatan Jerman kewalahan karena peningkatan gelombang penyakit pernapasan akut, dengan kegentingan situasi di rumah sakit dan klinik anak.
Pekan lalu, Institut Robert Koch di Berlin melaporkan jumlah penyakit pernapasan akut di Jerman mencapai sekitar 9,5 juta.
Menurut institut tersebut, tingkat ini lebih tinggi daripada gelombang flu parah yang terlihat pada tahun-tahun sebelumnya.
"Kami saat ini menghadapi sistem perawatan kesehatan yang di ambang batas," kata Kepala Dewan Asosiasi Rumah Sakit Jerman (DKG) Gerald Gass kepada harian Augsburger Allgemeine sebagaimana dilansir ANTARA, Senin, 19 Desember.
Khususnya di rumah sakit anak-anak, situasinya dramatis, kata Gass.
Dokter di Jerman telah kehabisan kapasitas dan semakin terhambat oleh cuti sakit. Rumah sakit kehabisan tempat tidur. Selain COVID-19, pemicunya adalah gelombang influenza dan penyakit pernapasan pada anak.
Baca juga:
- Sandiaga Uno Nyatakan Siap Maju Pilpres 2024
- Ferdy Sambo Hubungi Bharada E Usai Pembunuhan Brigadir J Sambil Bawa-bawa Nama Kapolri
- Jokowi: Pendekatan Humanis TNI di Papua Baik, Tapi Harus Tegas ke KKB
- Serangan Moskow Kembali Hantam Infrastruktur Vital di Kyiv, AU Ukraina Klaim Rusia Luncurkan 35 Drone Shahed Besutan Iran
Menurut angka asosiasi rumah sakit, saat ini hampir satu dari 10 pegawai rumah sakit dilaporkan sakit dan anak-anak dirawat di rumah sakit karena kekurangan obat untuk rawat jalan.
"Ini adalah kondisi yang tidak dapat dipertahankan," tutur Gass.
Asosiasi Interdisipliner Jerman untuk Perawatan Intensif dan Pengobatan Darurat menyebut krisis tersebut "dimensi bersejarah".
Christian Karagiannidis, ketua kelompok tersebut, mengatakan kepada Rheinische Post setiap hari bahwa di banyak daerah hampir tidak ada lagi tempat tidur unit perawatan intensif gratis--sebuah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.