Sopir Bus Sekolah Cabul di Singapura 'Mangsa' Bocah-bocah
JAKARTA - Sungguh tak tahu malu dan biadab sopir bus sekolah ini, Gary Alexander Tan. Dia menganiaya dan melakukan pelecehan seksual kepada anak-anak yang seharusnya diantar dengan amank ke sekolah.
Parahnya lagi, dia juga sempat meminta seorang ART untuk mengiriminya foto-foto cabul gadis kecil majikannya. Dan pembantu itu mau mematuhi mengirimi foto-foto seksual anak majikannya.
Saat dia ditangkap, banyak foto anak-anak di busnya yang juga ditemukan.
Dikutip dari Channel News Asia, Senin 19 Desember, Gary Alexander Tan mengaku atas enam dakwaan termasuk penganiayaan, menunjukkan objek cabul kepada seorang anak kecil.
Sekitar tahun 2009 dan 2010, Tan dipekerjakan oleh taman kanak-kanak dan sekolah untuk mengangkut anak-anak berkebutuhan khusus. Ketika kontraknya berakhir pada 2012, dia terus mengantar anak-anak ke dan dari sekolah di bawah pengaturan pribadi dengan orang tua mereka.
Sejak 2011, dia mengantar seorang anak laki-laki ke taman kanak-kanak di pagi hari dan ke sekolah di sore hari. Anak laki-laki itu didiagnosis menderita gangguan spektrum autisme sejak dia berusia dua tahun.
Tan menganggapnya "imut" dan "berbicara sangat lembut" dan merasa "terikat" dengannya, pengadilan mendengar.
Anak laki-laki yang saat itu berusia empat sampai enam tahun duduk di kursi penumpang depan. Tan mencium bibir bocah itu, memeluknya dan menganiayanya sebelum menyuruh bocah itu melakukan tindakan seks padanya.
Baca juga:
- Minta Heru Budi Lanjutkan Formula E Lebih Bagus dari Anies, PAN: Jangan Mepet Kayak Kemarin
- Tak Ada Alokasi APBN 2023 untuk Subsidi Kendaraan Listrik, Banggar DPR: Apakah Patut Subsidi yang Mampu?
- Prancis Kalah dari Argentina di Final Piala Dunia, Deschamps: Sungguh Kejam
- Viral Harimau Juve Kurus di Ragunan, Pengelola: Sempat Sakit Tapi Sudah Membaik
Pelecehan seksual berlangsung selama setengah jam sebelum bocah itu pergi ke sekolah. Tan mengulangi tindakan yang sama lagi pada kesempatan kedua di tahun 2013 atau 2014.
Pelanggaran tersebut awalnya dilaporkan ketika bocah itu mulai menunjukkan perilaku seksual yang aneh.
Namun, anak laki-laki itu non-verbal karena autisme dan tidak dapat mengartikulasikan pelanggaran yang dilakukan oleh Tan terhadapnya.