Produsen Chip asal China Dilarang Gunakan Teknologi AS
JAKARTA - Perusahaan China pembuat chip, Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC), mengalami minggu yang berat. Hal tersebut dikarenakan Pemerintah Amerika Serikat (AS) memasukkannya ke dalam perusahaan yang dilarang.
Mengutip CNN, Sabtu 19 Desember, Departemen Perdagangan AS mengumumkan berbagai perusahaan China, termasuk SMIC masuk ke dalam Daftar Entitas yang dilarang. Bahkan mereka juga dipaksa untuk tidak lagi boleh menggunakan teknologi AS.
"Kami tidak akan mengizinkan teknologi canggih AS membantu membangun militer dari musuh yang semakin agresif," kata Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross dalam sebuah pernyataan. Ia juga menambahkan bahwa perusahaan tersebut 'dengan sempurna menggambarkan' China menggunakan teknologi AS untuk memodernisasi militernya.
Tentunya langkah tersebut dapat menimbulkan masalah serius bagi SMIC, yang membuat banyak chip. Bahkan secara global sangat bergantung pada perangkat lunak, mesin, dan peralatan dari AS untuk merancang serta memproduksi semikonduktor.
Pembuat ponsel pintar China dan pemasok jaringan 5G Huawei, misalnya, melihat pertumbuhan penjualannya melambat secara signifikan sejak ditambahkan ke daftar entitas AS. Karena SMIC masuk ke daftar entitas AS, mengharuskan eksportir AS untuk mengajukan izin untuk melakukan penjualan ke SMIC.
Baca juga:
"Item yang secara unik diperlukan untuk menghasilkan semikonduktor pada teknologi canggih akan dikenakan praduga penolakan untuk mencegah teknologi mendukung upaya fusi militer-sipil China," kata Departemen Perdagangan AS.
SMIC sebelumnya sudah menghadapi masalah. Media pemerintah China melaporkan bahwa co-CEO SMIC Liang Mong Song mengundurkan diri. Dalam kejadian yang tidak biasa, perusahaan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka mencoba untuk mengkonfirmasi laporan tersebut, meskipun telah mengetahui tentang "keinginan Liang untuk mengundurkan diri dalam kondisi tertentu."
"Kami mendesak AS untuk menghentikan perilaku salahnya yang menekan perusahaan asing secara tidak wajar," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin kepada wartawan.
"China akan terus mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingan yang sah dari perusahaan China," tambahnya.
Saham SMIC merosot sekitar 5 persen di Hong Kong pada Jumat 17 Desember. Saham SMIC sendiri telah kehilangan hampir 10 persen pada minggu ini, yang terburuk sejak September, ketika laporan media menyatakan bahwa pemerintah AS sedang memikirkan untuk memberlakukan pembatasan pada bisnis SMIC.
SMIC memainkan peran penting dalam memperkuat ambisi teknologi China. Sebagian besar pasokan chipset China berasal dari perusahaan asing, yang menggerakkan segala sesuatu mulai dari ponsel pintar dan komputer China hingga peralatan telekomunikasi.
Tahun lalu, China mengimpor chip senilai 306 miliar dolar AS atau 15 persen dari nilai total impor China, menurut statistik pemerintah. Pemegang saham utama SMIC adalah perusahaan China yang pada awal 2020 mengatakan ingin berinvestasi di bidang teknologi dan mengejar ketertinggalan.
Tekanan dari AS akan semakin mempersulit SMIC untuk mengejar saingan asing. Departemen Pertahanan AS awal bulan ini menambahkan perusahaan itu ke daftar perusahaan yang diklaim dimiliki atau dikendalikan oleh militer China. Keputusan itu membuat orang AS dilarang berinvestasi di SMIC. SMIC mengatakan bahwa mereka tidak memiliki hubungan dengan militer China.