Inggris Resmi Keluar Setelah 47 Tahun Gabung Uni Eropa
JAKARTA - Inggris akhirnya resmi keluar dari Uni Eropa setelah 47 tahun menjadi negara anggota Uni Eropa (EU). Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan memimpin penyambutan "terbitnya era baru" dalam sejarah negara Elizabeth berdiri.
Seperti dikutip bbc.com, satu jam sebelum Inggris resmi pamit dari EU Johnson mengatakan bahwa hal ini bukan akhir dari brexit tetapi awal. Ia juga mengatakan putusnya hubungan 27 negara EU sebagai momen pembaruan dan perubahan nasional yang nyata.
Beragam komentar dari tokoh-tokoh Inggris pasca brexit bermunculan. Nadanya beragam, ada yang menyambut positif ada juga yang mengkritik.
Pemimpin partai buruh Jeremy Corbyn misalnya, ia mendesak pemerintah tidak "eksklusif" melainkan harus membangun Inggris yang benar-benar internasionalis, dan berwawasan terbuka terhadap dunia luar. Sementara itu komentar bernada positif muncul dari pemimpin Partai Brexit Nigel Farage.
Ia mengatakan, "Akhirnya hari ini tiba saat kita membebaskan diri. Kemenangan besar-besaran untuk rakyat melawan lembaga," katanya.
Awalnya, brexit dijadwalkan 29 Maret tahun lalu namun, berulang kali ditunda karena anggota parlemen sempat menolak. Namun Johnson dapat mencapai kesepakatannya sendiri melalui parlemen setelah ia memenangkan pemilihan umum bulan Desember.
Usainya brexit mengakhiri pertikaian politik yang sudah bergulir selama lebih dari tiga tahun pasca referendum 2016, di mana sebanyak 52 persen pemilih mendukung Inggris keluar dari EU.
Perayaan brexit
Para pendukung brexit akan berkumpul di Parliament Square untuk merayakan momen tersebut. Di sana mereka akan menghitung mundur detik-detik keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Bendera EU akan dikibarkan di Parliament Square mungkin sebagai tanda perpisahan mereka.
Sementara, uang baru koin 50p akan dibuat untuk menandai keluarnya Inggris. Namun, salah satu bangunan jam monumental Big Ben tidak akan berbunyi seperti biasanya ketika ada momen besar di Inggris karena sedang ada renovasi.
Sementara dari pihak Uni Eropa sendiri mengapresiasi keputusan yang diambil Inggris. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen misalnya, memberikan penghormatannya kepada warga Inggris yang telah berkontribusi pada Uni Eropa dan membuatnya lebih kuat.
"Ini adalah kisah tentang teman lama dan era baru dimulai sekarang ... Karena itu, ini adalah hari yang emosinal, namun saya menantikan tahap selanjutnya," katanya.
Kendati demikian, negosiasi tentang perjanjian antara Uni Eropa dan Inggris tetap berlanjut. Dan masing-masing akan memperjuangkan kepentingannya. Salah satunya adalah perjanjian tentang perdagangan.
Seperti dijelaskan Wakil Perdana Menteri Irlandia Simon Coveney, bahwa EU dan Inggris akan berjuang untuk mencapai kesepakatan perdagangan selama periode transisi 11 bulan mereka. "Karena ada terlalu banyak hal untuk disepakati," kata dia.