BI Punya Ruang Kurangi Agresivitas Kenaikan Suku Bunga Seiring Melandainya Inflasi Inti
JAKARTA – Semakin menurunnya angka inflasi terbaru disambut positif oleh Bank Indonesia (BI). Hal itu terekam saat bank sentral memberikan pernyataan resmi terkait dengan capaian inflasi berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) di November 2022 yang sebesar 5,42 persen year on year (yoy), lebih rendah dari Oktober dengan 5,71 persen.
Semakin landainya inflasi IHK didukung oleh level inflasi inti yang juga turut menurun menjadi 3,30 persen yoy dari sebelumnya 3,31 persen di Oktober. Adapun, inflasi inti tercatat sebesar 0,15 persen month to month (mtm) atau sedikit menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,16 persen mtm.
Sebagai informasi, BI menggunakan angka inflasi inti sebagai salah satu dasar utama dalam menetapkan kebijakan suku bunga acuan.
“Inflasi inti yang terkendali terutama dipengaruhi oleh dampak lanjutan penyesuaian harga BBM terhadap inflasi inti yang terbatas dan tekanan inflasi dari sisi permintaan yang belum kuat,” demikian yang disampaikan oleh Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono pada Kamis, 1 Desember.
Asal tahu saja, dalam tiga bulan berturut-turut otoritas moneter secara agresif mengerek suku bunga acuan masing-masing sebesar 50 basis points (BPS) menjadi 5,25 persen per November 2022. Hal ini ditempuh guna mengimbangi peningkatan inflasi inti yang terus merangkak naik.
Baca juga:
Meski inflasi inti telah turun per awal Desember, langkah Bank Indonesia memperbesar BI rate masih akan terus berlanjut. Asumsi ini didasarkan pada dua faktor.
Pertama, bank sentral menilai inflasi sekarang masih cukup tinggi dari target pengendalian inflasi IHK di level normal 3 persen plus minus 1 persen.
Kedua, BI masih terus bernafsu menurunkan angka inflasi lebih cepat dari target sebelumnya. Ini dibuktikan dengan respons kebijakan moneter yang bersifat front loaded, pre-emptive, dan forward looking agar inflasi bisa melandai di semester I 2023.
Lebih lanjut, walaupun inflasi inti telah turun bukan berarti Bank Indonesia bakal menyudahi tren kenaikan BI rate. Setidaknya, bank sentral punya sedikit ruang lebih untuk mengurangi agresivitas kenaikan suku bunga acuan menjadi 25 bps yang bakal diumumkan pada tengah bulan ini.