CEO Telegram Berencana Membangun Dompet Kriptonya Sendiri

JAKARTA - Telegram telah menjual 50 juta dolar AS (Rp781 miliar) nama pengguna dalam waktu kurang dari satu bulan melalui platform lelang berbasis blockchain, Fragment. 

Angka tersebut menggambarkan kesuksesan Telegram dalam melakukan bootstrap infrastruktur crypto-nya sendiri. 

Menurut CEO Telegram Pavel Durov, bangkrutnya bursa kripto terbesar, FTX menyebabkan banyak orang kehilangan uang mereka. 

"Industri blockchain dibangun di atas janji desentralisasi, tetapi akhirnya terkonsentrasi di tangan segelintir orang yang mulai menyalahgunakan kekuasaan mereka," kata Durov dalam pernyataan yang dia buat di saluran Telegramnya. 

Durov mengatakan, pelaku cryptocurrency harus beralih menggunakan dompet digital yang dihosting sendiri dan tidak bergantung pada pihak ketiga. 

"Pengguna Cryptocurrency harus beralih ke transaksi tanpa kepercayaan dan dompet yang dihosting sendiri yang tidak bergantung pada pihak ketiga mana pun," tambahnya. 

Sebagai salah satu perusahaan yang sukses dalam penjualan Fragment, Durov menyiapkan Telegram di jalur untuk pembangunan crypto yang lebih dalam. 

Dia mengatakan perusahaan akan membangun pertukaran terdesentralisasi dan dompet non-penahanan yang dapat menjangkau jutaan pengguna untuk menyimpan mata uang kriptonya dengan aman. 

"Dengan cara ini kami dapat memperbaiki kesalahan yang disebabkan oleh sentralisasi berlebihan, yang mengecewakan ratusan ribu pengguna cryptocurrency," pungkasnya. 

Pernyataan tersebut adalah konfirmasi dari keterlibatan langsung Telegram dengan mengintegrasikan blockchain Telegram Open Network (TON) ke dalam aplikasi messenger nya. 

TON, yang sebelumnya dikenal sebagai Newton dan Toncoin, adalah salah satu proyek yang dikembangkan oleh Telegram.