Tolak Impor Beras, Serikat Petani Pertanyakan Kerja Bulog dan Badan Pangan Nasional
JAKARTA - Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih menolak rencana impor beras.
Alasannya, karena tidak sesuai dengan undang-undang (UU) Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Adapun pernyataan ini menanggapi kabar impor beras sebanyak 500.000 ton oleh Perum Bulog.
Henry mengatakan, sesuai undang-undang tersebut, impor beras tidak diizinkan sepanjang produksi pangan di dalam negeri masih cukup.
Kecukupan stok sebelumnya sudah disampaikan Kementerian Pertanian.
"Menurut Kementan produksinya cukup, sampai akhir tahun 2022. Jadi ya tidak bisa impor beras. Masalahnya sekarang menurut Bulog, cadangan beras di Bulog tidak memenuhi jumlah yang jadi patokan pemerintah yakni 1,2 juta ton. Bulog belum memenuhinya. Ini kekeliruan. Bulog harus andalkan beras yang ada di tengah-tengah masyarakat," kata Henry dalam keterangan resmi, dikutip Rabu, 23 November.
Berbeda klaim Bulog dengan Kementerian Pertanian, sebelumnya Bulog merasa cadangan beras di dalam negeri tidak memenuhi target pemerintah yani 1,2 juta ton.
Padahal, kata Henry, beras yang dihitung adalah cadangan pangan yang ada di pemerintah pusat.
"Belum dihitung bagaimana cadangan pangan yang ada di pemerintah daerah, baik itu provinsi, kabupaten, dan kota. Berapa sesungguhnya beras ada yang disimpan di pemerintahan-pemerintahan daerah, persisnya," tuturnya.
Henry menilai, perhitungan Bulog tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Pasalnya, perhitungan tersebut belum memasukkan cadangan pangan yang ada di tengah-tengah masyarakat.
Menurut Henry, masalah beras semakin semrawut karena kinerja Badan Pangan Nasional (Bapanas) belum maksimal.
Padahal, kata dia, Bapanas adalah badan otoritas dalam urusan cadangan pangan.
Baca juga:
Jika sesuai dengan mandatnya, Bapanas harus jadi menentukan kebijakan cukup kurangnya pangan, impor atau tidak, bukan Bulog.
"Jadi Bapanas belum melakukan otoritasnya, inilah kelemahannya sehingga masih menjadi simpang siur, polemik impor atau tidak impor, sayang sekali, sudah ada Bapanas. Bapanas idealnya untuk mengatasi problematik seperti ini," keluhnya.
"Petani sudah kerja keras untuk berproduksi. Bulog dan Bapanas belum kerja maksimal, seharusnya pas panen raya memperbanyak gudangnya, bukan saat panen pertengahan atau panen kecil seperti sekarang," tutupnya.