Menjadi Orang Tua yang Dewasa secara Emosional, Berpotensi Memutus Rantai Trauma
YOGYAKARTA – Banyak para orang tua yang tumbuh dengan orang tua yang tidak dewasa secara emosional. Karena tidak menyadarinya, maka trauma seolah seperti kondisi yang perlu diterima dan terpelihara pada setiap generasi. Misalnya, seorang anak mungkin memaklumi bahwa orang tuanya tak dapat menjaga kedekatan emosional. Mereka mungkin akan melakukan situasi yang sama dengan anak-anaknya. Sejenak bersama dan kemudian menjauh pada menit setelahnya. Pada akhirnya, mereka berjuang untuk tidak melakukan hal yang sama dan menjadi teman dekat dari anak-anaknya.
Sayangnya, orang tua yang tidak dewasa secara emosional sering mengasuh anak-anak mereka dengan keegoisan dan sikap kekanakan. Ini karena mereka sendiri merasakan pengabaian pada masa kecilnya. Oleh karena itu, setiap orang tua perlu mengenali trauma, menyembuhkan, sehingga tidak berpotensi mengulang kembali lingkaran trauma ke generasi selanjutnya. Melansir ulasan Annie Tanasugarn, Ph.D., CCTSA, dalam Psychology Today, Kamis, 17 November, jika tak disembuhkan, pengulangan trauma berisiko lebih tinggi pada anak-anak generasi selanjutnya.
Tanasugarn membagi empat jenis orang tua yang tidak dewasa secara emosional. Di antaranya, berikut ini penjelasannya.
1. Orang tua yang menerapkan pola asuh helikopter
Orang tua yang menuntut keunggulan, kesempurnaan, dan tuntutan yang tidak realistis pada mereka sendiri dan anak-anak mereka disebut pola asuh helikopter. Orang tua ini seringkali melanggar ruang pribadi anak. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini, sering menjadi perfeksionis, berprestasi, dan sangat kritis terhadap diri mereka sendiri. Mungkin, mereka juga berperilaku kompulsif, seperti gila kerja atau suka belanja untuk membuat diri merasa lebih berharga.
2. Orang tua dengan perubahan emosional yang signifikan
Aspek emosional yang berubah-ubah, dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya tampak dramatis sekali. Mereka kerap bereaksi secara berlebihan terhadap situasi dan tampak tidak berdaya atau sangat membutuhkan bantuan. Di ujung spektrum yang lain, orang tua yang tidak teratur secara emosional ini, dapat terlihat sinis, meremehkan, dan dingin terhadap anak-anak mereka. Seringkali orang yang tidak teratur emosinya mungkin mengalami trauma keterikatan mereka sendiri yang tidak dapat disembuhkan.
3. Orang tua yang mengambil jarak
Orang tua yang tidak dewasa secara emosional dan mengambil jarak, suka menghabiskan waktu sendirian. Mereka mungkin tidak ingin diganggu dengan pengasuhan atau emosi. Jika mereka harus berinteraksi dengan anak-anak mereka, mungkin menuntut atau kasar secara verbal. Jika seorang anak dibesarkan dengan jenis orang tua yang cenderung mengambil jarak, mereka cenderung bimbang dalam menentukan relasi. Tak jarang lebih meremehkan atau menghindari orang lain sehingga sulit mempertahankan keintiman emosional.
4. Orang tua yang pasif
Banyak orang tua yang pasif tidak memiliki batasan yang sehat, tidak konsisten, dan mungkin dianggap sebagai orang tua adalah teman dari anak-anaknya. Orang tua yang pasif atau lalai secara emosional, tidak mampu merawat diri mereka sendiri seperti orang dewasa.
Bagi anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang tidak dewasa, perlu meregulasi emosi sehingga lebih dewasa dan memutus rantai trauma antar generasi.
Baca juga:
- Selain Dapat Memicu Pertengkaran Hebat, Ini 5 Dampak Negatif Perselingkuhan
- Mengenali Gejala Depresi Situasional yang Disebabkan Stres karena Peristiwa Tertentu
- Mengenal Gejala Trauma Kompleks yang Berdampak pada Sistem Saraf, Perlu Diatasi Bertahap
- Biar Enggak Mudah Tersinggung, Begini 5 Cara Menghadapi Komentar Negatif