Pertumbuhan Ekonomi Menguat, Bank Indonesia: Ke Depan Patut Diwaspadai Risiko Inflasi
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyambut baik kinerja ekonomi yang terus menguat pada triwulan III 2022 yang tumbuh hingga 5,72 persen year on year (yoy) di tengah perlambatan ekonomi global dan kenaikan inflasi domestik. Capaian itu lebih tinggi dari capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,45 persen.
Direktur Departemen Komunikasi Junanto Herdiawan mengatakan torehan moncer ini ditopang oleh berlanjutnya perbaikan permintaan domestik dan tetap tingginya kinerja ekspor.
“Perbaikan ekonomi nasional juga tercermin pada kinerja berbagai lapangan usaha dan seluruh wilayah yang tetap baik,” ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip Selasa, 8 November.
Menurut Junanto, Ke depan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan tetap kuat didorong oleh perbaikan permintaan domestik sejalan dengan terus meningkatnya mobilitas dan berlanjutnya penyelesaian Program Strategis Nasional (PSN).
“Namun demikian, dampak perlambatan ekonomi global terhadap kinerja ekspor dan potensi tertahannya konsumsi rumah tangga akibat kenaikan inflasi patut diwaspadai,” tuturnya.
Junanto merinci, dari sisi pengeluaran hampir seluruh komponen menunjukkan pertumbuhan yang positif. Konsumsi rumah tangga tetap tumbuh tinggi sebesar 5,39 persen walau melambat dibandingkan capaian triwulan sebelumnya 5,51 persen akibat adanya faktor hari raya.
“Pertumbuhan yang tetap tinggi tersebut sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat, masih terbatasnya dampak penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM), serta adanya penyaluran bantuan sosial dan subsidi energi,” tegas dia.
Baca juga:
Kemudian, kinerja investasi juga membaik dengan tumbuh sebesar 4,96 persen terutama investasi nonbangunan baik mesin maupun peralatan.
Sementara itu, konsumsi pemerintah masih terkontraksi sebesar 2,88 persen yang bersumber dari penurunan belanja barang untuk Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN).
Peningkatan ekspor terus berlanjut dengan pertumbuhan mencapai 21,64 persen, ditopang permintaan mitra dagang utama yang tetap kuat dan kebijakan percepatan ekspor minyak kelapa sawit. Impor juga tumbuh tinggi sebesar 22,98 persen seiring dengan kinerja permintaan domestik dan ekspor yang tetap tinggi.
Lalu dari sisi lapangan usaha hampir seluruhnya tumbuh positif yang disokong industri pengolahan, pertambangan, pertanian, serta perdagangan besar dan eceran.
“Secara spasial, perbaikan ekonomi ditopang oleh pertumbuhan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia, dengan pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), diikuti Bali-Nusa Tenggara (Bali Nusra), Jawa, Kalimantan, dan Sumatera,” tutup Junanto.