Petahana Bolsonaro Tidak Akui Kekalahan dari Lula dalam Pilpres Brasil, Tapi Izinkan Transisi
JAKARTA - Presiden Brasil Jair Bolsonaro pada Hari Selasa tidak mengakui kekalahan dalam pernyataan publik pertamanya sejak kalah dalam pemilihan Hari Minggu, mengatakan protes oleh para pendukungnya adalah buah dari "kemarahan dan rasa ketidakadilan" atas pemungutan suara.
Namun, ia berhenti memperdebatkan hasil pemilihan dan memberi wewenang kepada kepala stafnya, Ciro Nogueira, untuk memulai proses transisi dengan perwakilan dari Presiden terpilih Luiz Inacio Lula da Silva.
Bolsonaro membutuhkan lebih dari 44 jam untuk berkomentar setelah hasil pemungutan suara diputuskan oleh otoritas pemilihan, meningkatkan kekhawatiran dia akan berusaha untuk meragukan hasil yang tipis.
Di tengah kebisuannya, para pendukung memblokir jalan raya untuk memprotes kekalahannya, dengan beberapa menyerukan kudeta militer untuk menghentikan mantan presiden Lula kembali berkuasa.
Blokade jalan raya telah mengganggu distribusi bahan bakar, pasokan supermarket dan aliran ekspor biji-bijian ke pelabuhan utama, menurut kelompok industri.
Dalam pidato nasionalnya yang singkat, Bolsonaro bercanda bahwa wartawan akan merindukannya, berterima kasih kepada mereka yang memilih dia.
Ia juga mengatakan akan mematuhi konstitusi, yang menetapkan transisi kekuasaan di negara itu berlangsung pada 1 Januari.
"Gerakan populer saat ini adalah buah dari kemarahan dan rasa ketidakadilan tentang cara proses pemilihan berlangsung," katanya, melansir Reuters 2 November.
Namun, dia mengatakan pengunjuk rasa harus menghindari penghancuran properti atau "menghalangi hak untuk datang dan pergi," tetapi tidak menyuruh mereka pulang.
"Bolsonaro belum memadamkan api ini. Dia berbicara kepada pendukung garis kerasnya tanpa mengkritik para demonstran di jalan raya," kata analis risiko politik Andre Cesar dari Hold Legislative Advisors di Brasilia.
Terpisah, Kepala staf Bolsonaro dan Wakil Presiden Hamilton Mourao mulai melakukan kontak dengan kubu Lula untuk membahas transisi. Sekutu lainnya, termasuk ketua majelis rendah Kongres, telah menyerukan sejak Minggu agar pemerintah Bolsonaro menghormati hasil pemilihan.
Dalam sebuah pernyataan, Mahkamah Agung menganggap, dengan mengizinkan transisi pemerintahan, Bolsonaro mengakui hasil pemilu.
Sebelum pemungutan suara Hari Minggu, Bolsonaro berulang kali membuat klaim tak berdasar, mengatakan sistem pemilihan terbuka untuk penipuan dan menuduh otoritas pemilihan mendukung lawannya.
Bolsonaro tidak secara langsung mengulangi klaim itu pada Hari Selasa. Tetapi rujukannya pada "ketidakadilan" dalam proses pemilihan menunjukkan, dia telah belajar dari pasca-kepresidenan Donald Trump, mantan pemimpin Amerika Serikat sekutu ideologisnya, menurut Leonardo Barreto, analis politik di Vector Consultancy di Brasilia.
Trump terus mengulangi klaim palsu bahwa pemilihan AS 2020 'dicuri' oleh penipuan yang meluas, mempertahankan inti pendukung signifikan yang mempercayainya.
Baca juga:
- Saksi Sebut Penjaga Sudah Berupaya Mengendalikan Pengunjung Sebelum Jembatan Morbi Roboh
- Presiden Zelensky Ingatkan Risiko Jika Rusia Ganggu Ekspor Gandum Ukraina
- Ditawari Gabung Rusia dengan Gaji Rp23 Juta untuk Perang di Ukraina, Pasukan Khusus Didikan AS: Kami Dihabisi Taliban Jika Balik ke Afghanistan
- Mantan Petinju Didakwa Terkait Penyitaan 20 Ton Kokain di AS, Terancam Hukuman Seumur Hidup
"Dia akan meniru Trump selama empat tahun ke depan untuk menjaga gerakan konservatifnya tetap hidup," terang Barreto, memperkirakan bahwa pemilihan 2026 akan menjadi pertandingan ulang antara Bolsonaro dan Partai Buruh Lula.
Kemenangan Lula merupakan kebangkitan yang menakjubkan bagi mantan pekerja logam berusia 77 tahun itu, setelah menghabiskan 19 bulan penjara karena tuduhan korupsi sebelum dibatalkan tahun lalu.
Lula telah bersumpah untuk membatalkan banyak kebijakan Bolsonaro, termasuk tindakan pro-senjata dan perlindungan yang lemah terhadap hutan hujan Amazon.