BBPOM Aceh Tarik 4 Produk Obat Sirop terkait Gagal Ginjal Akut

BANDA ACEH - Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Aceh mulai menarik empat produk obat sirop dari pasar di seluruh provinsi itu, terkait dengan gangguan ginjal akut progresif atipikal yang tengah merebak di Indonesia.

“Kami memastikan melakukan recall product (penarikan produk), mengawasi bersama-sama bahwa proses recall di outlet berjalan dengan lancar,” kata Kepala BBPOM Banda Aceh Yudi Noviandi dilansir ANTARA, Senin, 24 Oktober.

Dia menjelaskan ada lima produk obat sirop yang direkomendasi oleh BPOM RI untuk dilakukan penarikan dari peredaran di pasar, karena mengandung cemaran etilen glikol (EG) melampaui ambang batas aman, yakni Termorex Sirop 60 ml, Unibebi Cough Sirop 60 ml, Unibebi Demam Sirop 60 ml, dan Unibebi Demam Drops 15 ml serta Flurin DMP Sirop 60 ml.

Untuk Aceh, lanjut dia, petugas hanya melakukan penarikan terhadap empat produk, sedangkan satu produk yakni Flurin DMP Sirop tidak dijual di wilayah Aceh.

“Di Aceh, dari lima produk hanya empat yang di-recall, yang satu tidak di jual di Aceh,” katanya.

Saat ini, Yudi menambahkan, petugas BBPOM di Banda Aceh sedang proses turun ke 23 kabupaten/kota di "Tanah Rencong" --sebutan untuk Aceh-- itu untuk proses penarikan produk obat sirop.

“Yang sudah (ditarik, red.) di Banda Aceh, Aceh besar, Aceh Tengah, kemudian besok Aceh Utara, Bireuen, sampai nanti ke semua kabupaten/kota,” katanya.

Saat ini kepatuhan masyarakat Aceh disebut cukup tinggi dalam mengikuti arahan pemerintah terkait dengan penanganan gangguan ginjal akut melalui penarikan produk obat sirop.

“Penjual obat juga sudah packing obat yang ditarik, tinggal diambil sama petugas. Jadi memang mengikuti arahan dari surat edaran Kemenkes untuk recall product,” katanya.

BBPOM Banda Aceh juga mengimbau masyarakat untuk tetap mengikuti surat edaran dari Kemenkes RI agar sementara waktu tidak mengonsumsi obat sirop.

“Kemudian apabila sakit, untuk selalu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, dokter untuk mendapatkan pilihan jenis obat lainnya,” katanya.

Sebelumnya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aceh mencatat 29 anak di provinsi paling barat Indonesia itu menderita gangguan ginjal akut, bahkan 22 penderita di antaranya meninggal dunia.

Kasus gangguan ginjal akut mulai terdeteksi di wilayah itu sejak Juli 2022, kemudian peningkatan kasus terus terjadi hingga sekarang.

Umumnya, penyakit gangguan ginjal akut terjadi pada anak usia 0-18 tahun. Di Aceh, penderita paling banyak berusia antara 1-2 tahun. Kasus paling tinggi berasal dari Banda Aceh dan Aceh Tengah.