Meski Sempat Diterjang Banjir, Persiapan Bali Tak Terganggu Sambut KTT G20
JAKARTA - Gubernur Bali Wayan Koster memastikan, sejumlah bencana alam yang sempata terjadi di Bali tak akan mengganggu jalannya pertemuan G20 pada November 2022 mendatang.
"Tidak ada masalah G20, banjir sudah diatasi, aman," kata Wayan Koster kepada media di Denpasar, Jumat 21 Oktober dilansir dari Antara.
Koster menjamin seluruh delegasi G20 yang akan tiba di Bali tidak perlu merasa khawatir. Pasalnya kondisi Pulau Dewata dipastikan aman, setelah sebelumnya sejumlah kabupaten diterjang banjir bandang dampak cuaca ekstrem.
Sementara itu, Koster menyampaikan bahwa di Bali sendiri sejumlah penanganan di lokasi terdampak bencana alam sudah mulai dilakukan seperti pengungsian sementara bagi warga di Kabupaten Jembrana.
"Makanan (bagi pengungsi) sudah disiapkan, dalam jangka panjang akan dilakukan relokasi warga di Kabupaten Jembrana ada sekitar 20 KK mungkin akan direlokasi, tanahnya sudah disiapkan Pemprov Bali," ujarnya.
Keputusan merelokasi dipilih Wayan Koster karena di beberapa titik banjir bandang kerap terjadi bencana serupa, dengan kasus pada Minggu (17/10) lalu menjadi yang terparah, dengan melanda Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan, dan Kabupaten Karangasem, hingga menelan korban jiwa.
"Memang posisi tempat rumahnya (korban bencana Kabupaten Jembrana) di bawah jalan, itu tidak nyaman jadi sedang diupayakan, mudah-mudahan warga semua mau kita relokasi, sudah kita siapkan dan rumahnya akan dibantu oleh BNPB, kalau untuk G20 Bali sudah aman tidak usah dikhawatirkan," kata dia meyakinkan kondisi saat ini.
Baca juga:
- Siap Terima Tamu KTT G20, Revitalisasi Terminal VVIP Bandara Ngurah Rai Bali Hampir Rampung
- Revitalisasi Bandara Bali Jelang KTT G20 Masuk Tahap Finishing
- Koster Kunjungi Pelabuhan Sekaligus Ajak Warga Nusa Penida Doakan G20
- Pemkab Jembrana Fokus Bersihkan Sisa Material Banjir dan Pasok Logistik Warga Terdampak
Sebelumnya, Organisasi Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Bali pada Selasa (18/10) juga sempat menyoroti pembangunan infrastruktur Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi yang disebut-sebut akan merabas 480,54 hektare persawahan.
Dampak dari alih fungsi lahan pertanian dan subak ini dikatakan membuat sistem irigasi hidrologis alami yang dapat menjaga volume air dari hulu ke hilir rusak sehingga mempercepat terjadinya banjir.
"Alih fungsi lahan mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan suhu permukaan bumi dalam peningkatan tingginya curah hujan di berbagai lokasi, sehingga sangat berpotensi terjadinya bencana banjir dan tanah longsor di berbagai daerah di Bali," kata Direktur WALHI Bali Made Krisna Dinata.
Menanggapi hal itu, Koster menjelaskan bahwa tak banyak sawah yang akan dilewati dari pembangunan Jalan Tol Mengwi-Gilimanuk, pun juga ia memastikan bahwa pembangunan tersebut telah diperhitungkan dengan matang.
"Sawahnya tidak banyak, cuma 200 hektare kalau tidak salah, tapi nilai ekonomi seluruh kawasan naik sekian kali lipat. Nantinya tidak akan menimbulkan bencana, ini sudah diperhitungkan dan wilayahnya bukan wilayah hulu, ini wilayah melintang, beda kalau pembangunannya dilakukan di hulu itu bisa berbahaya," kata dia.