Memori Tentang Eksekusi Mata Hari, Mata-Mata Perempuan Terhebat Pada Masa Perang Dunia I

JAKARTA – Ini adalah sebuah kisah kontroversial tentang Margaretha Geetruida MacLeod, seorang penari yang punya nama panggung Mata Hari. Pada masa Perang Dunia I, Mata Hari begitu terkenal. Tak hanya cantik dan seksi, dia juga disebut-sebut sebagai The Greatest Woman Spy, Mata-Mata Perempuan Terhebat. Sampai akhirnya dia ditangkap, divonis mati, dan dieksekusi oleh regu tembak Prancis di pinggiran Paris pada 15 Oktober 1917.

Sepuluh tahun sebelum Mata Hari ditembak mati, dia banyak bersentuhan dengan tokoh-tokoh penting di Eropa. Berkat pesonanya dia mampu menggaet kekasih dari beragam profesi dan kedudukan, mulai menteri, pebisnis kaya raya, hingga pejabat tinggi militer.

Namun ketika Perang Dunia 1 mulai berkecamuk di Eropa pada 28 Juli 1914, para kekasih Mata Hari dari kalangan pejabat tinggi menginginkan lebih dari sekedar hubungan seksual. Mereka mengharapkan informasi dari pihak lawan, yang juga berhubungan dengan Mata Hari.

Lahir dengan nama Margaretha Geetruida Zelle di Leeuwarden, Belanda pada 7 Agustus 1876, kehidupan Mata Hari begitu glamor sekaligus tragis. Dia menikah dengan seorang perwira militer Belanda keturunan Skotlandia, Kapten Rudolf Macleod dan tinggal di Malang, Jawa Timur pada 1897.

Salah satu pertunjukan Mata Hari di Paris pada 1905. (Wikimedia Commons/Bibliotheque Nationale de France

Pasangan itu bercerai. Mata Hari kembali ke Eropa pada 1903, tinggal di Paris dan memulai petualangannya sebagai penari erotis. Menurut catatan seorang kurator Museum Freis di Leeuwarden, Hans Groeneweg, Mata Hari sebenarnya punya karier yang bagus sebagai penari. Dia sangat terkenal, bahkan sering dibandingkan dengan aktris Amerika Serikat yang menjadi simbol seks tahun 1950an, Marilyn Monroe.

“Sedikit banyak dia menciptakan striptis sebagai sebuah bentuk tarian. Kami memamerkan bukti-bukti pertunjukkannya dan ada tumpukan kliping surat kabar beserta foto-foto. Saat itu dia merupakan selebritas sosialita,” ujar Groeneweg seperti dikutip BBC.

 “Kalau pun dia tidak menjadi mata-mata, Mata Hari akan dikenang atas apa yang dia lakukan sebagai penari di kota-kota besar Eropa hingga awal abad lalu,” kata Groeneweg melanjutkan.

Mata Hari dianggap sebagai artis hebat, karena berhasil mengangkat tarian erotis hingga menduduki tempat terhormat. Apa yang pernah dia lakukan menjadi pembuka jalan bagi gaya hiburan baru di Eropa. Dan itu juga memberi andil menjadikan Paris sebagai kota yang sangat terkenal di dunia.

Era Spionase

Kisah tragis Mata Hari dimulai ketika dia masuk dalam urusan spionase. Belanda saat itu menempati posisi netral, tidak membela Sekutu (Inggris, Prancis, Rusia) maupun Blok Sentral (Jerman, Austria-Hongaria, Italia). Kenetralan Belanda itu membuat Mata Hari dapat bebas memasuki negara-negara yang sedang berseteru.

Dikutip dari buku With Snow on Their Boots: The Tragic Odyssey of the Russian Expeditionary Force in France During World War I karangan Jamie H. Cockfield (1998), kesialan Mata Hari dimulai ketika kekasihnya yang seorang pilot Rusia berusia 23 tahun, Kapten Vadim Maslov tertembak pasukan Jerman pada 1916.

Sebelum berpacaran dengan Maslov, Mata Hari juga pernah menjalin asmara dengan Putra Mahkota Wilhelm, seorang jenderal yang merupakan anak dari Kaisar Jerman, Wilhelm II. Pihak Sekutu lantas mengiming-imingi Mata Hari dapat bertemu kekasihnya, Kapten Vadim Maslov jika dia bersedia memberikan informasi kekuatan Jerman dan aliansinya.

Prancis berharap mendapatkan informasi sahih, namun justru sebaliknya tidak mendapatkan apa-apa. Demikian juga pihak Jerman yang berhadap memperoleh bocoran kekuatan pihak lawan, namun hasilnya nol juga. Mata Hari lantas dianggap hanya berniat mengeruk uang dengan memanfaatkan hubungannya dengan para tokoh Sekutu dan Blok Sentral.

Patung Mata Hari di kota kelahirannya Leeuwarden, Belanda. (Wikimedia Commons)

Kekesalan Jerman diluapkan dengan mengekspos identitasnya sebagai mata-mata Jerman dengan kode H-21 kepada pihak Prancis. Mata Hari ditangkap di Hotel Elysee Palace, Paris pada 13 Februari 1917. Dia dituduh sebagai agen ganda, yang mengakibatkan kematian 50 ribu pasukan Sekutu. Mata Hari diadili pada 24 Juli 1917.

Menurut interogator Prancis, Kapten Pierre Bouchardon, Mata Hari menerima setidaknya 20 ribu franc dari seorang diplomat Jerman untuk memberikan informasi mengenai kekuatan pasukan Sekutu. Namun semua tuduhan tersebut tidak pernah dapat dibuktikan.

“Saya seorang pelacur, ya! Namun pengkhianat, sama sekali tidak!” itu kata-kata yang diucapkan Mata Hari dalam persidangannya.

Namun pembelaan tinggalah pembelaan. Mata Hari tetap dituduh bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Pada suatu pagi sebuah kendaraan keluar dari Penjara Saint-Lazare di Paris, membawa Mata Hari untuk dieksekusi di hadapan 12 anggota regu tembak Prancis pada 15 Oktober 1917.