12 Oktober Diperingati Sebagai Hari Arthritis Sedunia, Tingkatkan Kewaspadaan Gejala Radang Sendi

JAKARTA - Hari Arthritis Sedunia diperingati setiap 12 Oktober merupakan pengingat terhadap kewaspadaan gejala radang sendi yang berbeda dengan nyeri sendi biasa. Arthritis harus dibedakan dengan arthralgia atau nyeri sendi biasa tanpa ada peradangan.

Gejala arthritis tidak hanya nyeri sendi namun juga disertai dengan tanda-tanda seperti bengkak kemerahan, panas pada perabaan, bahkan yang terberat bisa demam. Dengan mengetahui gejala, pencegahan bisa dilakukan sejak dini.

“Hari Arthritis Sedunia ini diangkat secara internasional agar dapat meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan, baik masyarakat umum maupun masyarakat medis terhadap penyakit radang sendi. Masih banyak yang belum tahu bedanya arthritis atau radang sendi dengan nyeri sendi biasa,” kata Dokter spesialis penyakit dalam konsultan reumatologi Dr. dr. Sumartini Dewi, SpPD-KR, M. Kes, dikutip dari ANTARA, Rabu, 12 Oktober.

Kewaspadaan dapat ditingkatkan dengan menyebarluasan pengetahuan tentang arthritis kepada masyarakat awam dan masyarakat medis dengan mengenali tanda-tandanya.

“Kenapa ini harus dibedakan? Karena nyeri sendi tanpa peradangan itu dapat hilang dengan sendirinya atau dengan obat-obat sederhana. Tapi arthritis kalau tidak diobati apalagi yang menahun, contohnya arthritis reumatoid itu kalau dibiarkan akan menyebabkan kecacatan sendi,” katanya.

Gejala khas arthritis yang patut diwaspadai, kata Dewi, yaitu kaku sendi saat bangun dari tidur di pagi hari. Semakin berat radang sendi, maka akan semakin lama kaku di pagi hari itu dirasakan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

“Kalau gejala arthritis tidak bisa hilang dengan istirahat, jadi harus dengan obat-obat khusus,” ujarnya.

Dewi menganjurkan masyarakat yang memiliki keluhan seperti itu agar segera memeriksakan diri ke dokter, apalagi jika berlangsung lama lebih dari dua minggu dan tidak respons terhadap pemberian obat anti-nyeri biasa. Pemeriksaan juga penting untuk dilakukan agar dokter dapat menentukan jenis penyakitnya.

“Penyakit rematik itu lebih dari 200 jenis. Setengahnya itu hampir dengan manifestasi radang sendi,” ujar Dewi.

Arthritis bisa menjadi lebih berbahaya apabila disertai dengan gejala sistemik karena tidak saja mengenai sendi melainkan juga dapat mengenai organ-organ lain seperti jantung, paru-paru, bahkan ginjal.

“Harus segera (periksa) kalau disertai dengan gejala sistemik, adanya demam, anemia, atau kelemahan tubuh yang tidak bisa dijelaskan. Kami sebagai dokter reumatologi akan mencari adakah manifestasi selain ke sendi, ke organ-organ tubuhnya kena atau tidak, terutama mata, sel darah, ginjal, paru-paru, dan jantung,” katanya.

Seringkali pasien berusia muda yang memiliki keluhan nyeri sendi dan kaku sendi merasa malu untuk berobat. Dewi mengatakan hal tersebut terjadi karena masyarakat masih menganggap bahwa penyakit rematik hanya terjadi pada orang tua, padahal penyakit tersebut juga bisa mengenai anak-anak muda.

“Segeralah berobat karena sekarang sudah banyak tersedia obat-obat khusus rematik tapi harus disesuaikan dengan jenisnya karena ada lebih dari 200 jenis penyakit rematik yang harus kita tentukan jenisnya dan obatnya,” kata dia.