Melirik Potensi Ekonomi Kreatif Indonesia

JAKARTA - Indonesia akan mengambil peran terdepan untuk membangun ekosistem ekonomi kreatif yang inklusif, mendorong peran ekonomi kreatif yang lebih besar dalam pemulihan ekonomi global. Sektor ekonomi kreatif dapat menjadi solusi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara luas dan berkelanjutan karena mampu mendobrak batas geografis, gender, ras, dan strata ekonomi.

Itulah yang dipaparkan Presiden Jokowi ketika membuka Konferensi Ketiga Ekonomi Kreatif Dunia Tahun 2022 di Bali International Convention Center, Kamis (6/10).

“Saya percaya ekonomi kreatif di Indonesia dan banyak negara lainnya akan menjadi tulang punggung ekonomi di masa depan, semakin kuat dan diperhitungkan sebagai kekuatan ekonomi yang inklusif. Pengembangan ekonomi kreatif harus terus dipacu agar menjadi sektor yang futuristik, tumbuh lebih cepat, lebih besar, dan maju,” ucapnya.

Indonesia sudah membuktikannya. Saat seluruh dunia membatasi mobilitas fisik manusia karena pandemi, mobilitas karya-karya ekonomi kreatif tetap melaju tanpa hambatan.

Pada 2020, produk-produk kreatif dari para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia bisa menyumbang 18,8 miliar dolar AS terhadap Produk Domesti Bruto (PDB) Indonesia. Dari 17 subsektor ekonomi kreatif, komoditas fesyen, kriya, dan kuliner yang paling menonjol.

KKN di Desa Penari diklaim sebagai film Indonesia terlaris dengan jumlah penonton mencapai lebih dari 9 juta orang hanya dalam periode Agustus 2022. (Antara)

Bahkan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengklaim, kontribusi ekonomi kreatif Indonesia terhadap PDB berada di posisi tiga besar dunia.

“Kita sekarang sudah ada di posisi tiga dunia, setelah Amerika dengan Hollywood di posisi satu, kemudian Korea Selatan dengan K-pop di posisi kedua,” kata Sandiaga dalam acara webinar pada Agustus 2021.

Pada 2021, angka tersebut kembali meningkat hingga 23,9 miliar dolar AS. Komoditas fesyen memberikan kotribusi 61,6 persen, kriya 31 persen, dan kuliner 7 persen.

Berdasarkan buku Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025 (Kemenparekraf 2014), kerajinan (kriya) didefinisikan sebagai bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga dari tematik produknya.

“Selain tiga komoditas tersebut masih terdapat komoditas seperti aplikasi permainan, televisi, film, radio, fotografi, periklanan, penerbitan, seni pertunjukan, dan seni rupa yang juga didorong menjadi komoditas unggulan ekonomi kreatif,” kata Sandi dalam Weekly Press Briefing, pada Agustus 2022.

Potensi Film dan Musik

Tidak hanya komoditas fesyen, kuliner, dan kriya, Indonesia juga memiliki potensi besar di komoditas film. Data Filmindonesia.or.id, pada periode Januari-Maret 2020 saja ada 28 judul film Indonesia yang tayang di bioskop dengan jumlah penonton menembus 12,5 juta.

Kemudian, pada 2022, film KKN Desa Penari diklaim sebagai film Indonesia terlaris dengan jumlah penonton mencapai lebih dari 9 juta orang hanya dalam periode Agustus 2022.

Tak hanya skala nasional, film-film Indonesia juga sudah banyak yang berhasil meraih prestasi di tingkat internasional. Seperti film Yuni yang disutradarai oleh Kamila Andini pada 2021, meraih penghargaan Platform Prize di Toronto International Film Festival.

Lalu, film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas garapan sutradara Edwin pada 2021 juta berhasil memenangkan Golden Lepoard, sebagai penghargaan tertinggi di ajang Locarno Film Festival di Swiss.

Kesuksesan Family Sunday Movie (FSM) juga menjadi bukti industri perfilman Indonesia bisa menjadi komoditas unggulan ekonomi kreatif di Indonesia. Hanya dalam kurun waktu 11 hari saja, mulai 2-12 Ferbruari 2022, sudah ada 215 film terdaftar.

Grup rock asal Garut yang namanya kini mendunia, Voice of Baceprot. (Istimewa) 

Sandiaga Uno pun mengakui, “Film merupakan salah satu subsektor yang terbukti cepat menyerap banyak tenaga kerja, memiliki multiplier effect untuk mempercepat pemulihan ekonomi, berkontribusi terhadap pemberdayaan dan kemandirian masyarakat.”

Family Sunday Movie merupakan wujud komitmen Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk memfasilitasi, memperluas jaringan pembuat film, mendukung komunitas film lokal, dan melahirkan generasi baru yang nantinya akan menjadi penggerak industri kreatif di Indonesia.

Semangat Family Sunday Movie adalah menjadi wadah bagi para pelaku film lokal untuk menghasilkan karya-karya orisinal yang berkualitas.

Begitupun di komoditas musik. Menurut Koordinator Ekonomi KBRI Singapura, Hastin A.B. Dumadi, Indonesia memiliki banyak talenta dalam musik. Saat ini pun sudah banyak kelompok bisnis Indonesia yang mau berinvestasi di komoditas ini. Mereka bisa membawa Rich Brian dan Niki Zefanya menjadi penyanyi yang cukup dikenal luas di mancanegara.

Ada juga pengusaha Indonesia yang tidak segan mendorong kelompok musik seperti Voice of Baceprot dari Garut tampil di event-event mancanegara.

“Jika Pemerintah Indonesia, pengusaha, dan talenta-talenta muda Indonesia dapat berkolaborasi dalam suatu orkestrasi ekonomi kreatif yang lebih tertata, niscaya Indonesia akan mempunyai BTS atau film atau drama seri yang mendunia sebagaimana halnya Korea Selatan sukses melakukannya,” kata Hastin dalam tulisannya Menggali Kekuatan Ekonomi Kreatif.

Langkah Korea Selatan

Menurut Hastin, Korea Selatan gencar mendorong kemajuan ekonomi kreatif sejak awal 2000-an. Upaya mendorong ekonomi kreatif ini semakin gencar ketika pada 2005, Park Ji-sung dikontrak klub sepak bola Manchester United.

Park Geun-hye yang dinobatkan sebagai Presiden Korea Selatan pada 2013 juga serius mencanangkan sektor kreatif menjadi prioritas pemerintahannya. Prioritas meliputi menciptakan lapangan pekerjaan dan pasar-pasar baru, memperkuat pengembangan software, realisasi ekonomi kreatif yang menekankan prinsip terbuka dan berbagi, dan realisasi pembentukan usaha rintisan. 

“Hal menarik, Presiden Park secara khusus memprioritaskan promosi K-Move di mana para pemuda Korea Selatan diharapkan dapat menggerakkan dunia,” ucapnya.

Bintang sepak bola Korea Selatan, Park Ji-sung menjadi pendorong kemajuan ekonomi kreatif Negeri Ginseng saat dia dikontrak Manchester United pada 2005. (Manutd.com)

Presiden Park bahkan membentuk Kementerian Ilmu Pengetahuan, Teknologi Informasi dan Komunikasi, dan Perencanaan Pembangunan Masa Depan. Presiden Park juga membentuk 22 satuan tugas ekonomi kreatif, menetapkan sejumlah peraturan, mengalokasikan pendanaan yang kuat bagi pembangunan ekosistem, dan melibatkan partisipasi kuat swasta.

“Kombinasi dan kolaborasi erat antara pemerintah, dunia usaha, dan talenta dibangun. Inilah kekuatan utama Korea Selatan sehingga mampu menjadikan ekonomi kreatif sebagai salah satu kekuatan ekonomi penting nasional sekaligus soft power penting dalam diplomasi negara ginseng,” imbuh Hastin.