Babakan Madang Bogor Masuk Zona Potensi Pergerakan Tanah Tinggi
JAKARTA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah merilis laporan pemeriksaan gerakan tanah yang terjadi di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dalam laporan tersebut, Kecamatan Babakan Madang masuk dalam potensi gerakan tanah tinggi. Zona itu sering terjadi gerakan tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan, sedangkan gerakan tanah lama dan baru masih aktif bergerak akibat curah hujan tinggi dan erosi yang kuat.
"Hasil geolistrik menunjukkan bidang gelincir terdapat di lapisan jenuh air yang diperkirakan adalah batu lempung pada kedalaman 5 sampai 15 meter," demikian laporan pemeriksaan PVMBG dilansir ANTARA, Jumat, 30 September.
PVMBG menjumpai lapisan batu lempung hitam yang bersifat lunak dengan kemiringan lapisan searah dengan lereng.
Faktor geologi ditambah karakter topografi dan saluran drainase yang buruk menjadikan air menjenuhi tanah karena batu lempung bersifat tidak meloloskan air. Kontak antara tanah dan batu lempung hitam menjadi bidang gelincir tempat material bergerak.
PVMBG mengungkapkan zona rayapan dapat dipetakan berdasarkan sebaran retakan dan nendatan serta batas sub-das Cikeruh. Zona rayapan yang terpetakan mencapai luas hingga 37,54 hektare.
Zona rayapan atau pergerakan tanah tersebut berada pada zona sub-das Sungai Cikeruh. Hal ini menjelaskan pada zona tersebut memang merupakan zona jalur air atau akumulasi air.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung dan mempengaruhi terjadinya gerakan tanah ketika curah hujan tinggi atau infiltrasi air terlalu tinggi, sehingga tanah menjadi sangat jenuh air.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, hujan dengan intensitas tinggi dan kondisi tanah yang labil memicu fenomena gerakan tanah di Kecamatan Babakan Madang pada Rabu (14/9), pukul 11.00 WIB.
Baca juga:
Gerakan tanah itu menyebabkan 278 kepala keluarga atau 1.020 jiwa terdampak dan tidak ada korban jiwa dalam fenomena geologi tersebut.
PVMBG menjelaskan faktor penyebab gerakan tanah itu lantaran topografi berupa cekungan, sehingga air terakumulasi terpusat di bagian tengah yang menjadi zona rayapan.
Karakter batuan geologi di mana dijumpai batu lempung hitam yang bersifat lunak di bawah permukaan. Hasil geolistrik menunjukkan adanya suatu zona perlapisan jenuh air pada kedalaman sekitar 10 meter yang disinyalir merupakan perlapisan batu lempung hitam.
Kemudian, bidang gelincir berupa kontak antara tanah pelapukan dengan lapisan lempung yang lebih kedap. Perubahan alih fungsi lahan menjadi lahan terbuka menambah jumlah air yang menginfiltrasi lereng tanpa adanya penahan.
Sistem drainase yang buruk mengakibatkan air hujan banyak meresap ke dalam tanah melalui pori tanah dan retakan, mengakibatkan meningkatnya beban pada lereng, sehingga membuat lereng menjadi tidak stabil.