Ganjar Mau UMKM Jateng Naik Level, Ajari Cara Jualan Lewat "Bootcamp"
JAKARTA - Sekitar 150 orang dari 100 pelaku UMKM di seluruh Jawa Tengah dan 50 pemuda penggerak ekonomi, terpilih mengikuti bootcamp Gerakan Akar Digital Indonesia, yang digelar di Desa Wisata Kandri, Kota Semarang. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan pelatihan tersebut menjadi cara untuk mengedukasi, sehingga UMKM di provinsi ini dapat naik kelas.
“Ini cara kita mengedukasi mereka sehingga kalaulah UKM kita itu mau berkembang, jadi harus naik kelas. Tadi sudah disampaikan cara jualan online seperti apa, kredibilitas diuji, pemesan itu harus bisa mendapatkan pesanannya sesuai dengan yang diharapkan dengan waktu yang oke. Maka tadi terima kasih, mereka sudah diajari memotret, memfoto produknya, diajari bagaimana on board, bagaimana packaging, bagaimana me-manage. Saya kira mereka perlu tahu. Itu yang paling penting,” kata Ganjar, seusai membuka acara bootcamp Gerakan Akar Digital Indonesia.
Ganjar menjelaskan, pelatihan-pelatihan kepada pelaku UMKM juga terus dilakukan oleh Jawa Tengah, melalui Dinas Koperasi dan UMKM. Ruang-ruang yang menjadi meeting point untuk berbagi pengalaman dan belajar tentang digital marketing, seperti Hetero Space, juga telah disediakan. Tinggal kemauan dari pelaku UMKM untuk mengaksesnya.
"Harus berlatih terus. Kita punya Hetero Space, punya Dinas Koperasi UMKM, mereka itu mendampingi dengan gaya kekinian. Mereka bisa chatting melalui medsos, datang, ketemu, kopi darat, bisa bareng-bareng, dan kita keliling-keliling. Kita punya di Semarang, di Solo, sekarang lagi dibangun di Banyumas. Dan nanti kita siapkan di Pantura agar itu menjadi meeting point mereka," beber Ganjar, Jumat 24 September.
Ditambahkan, berdasarkan pengalaman yang didapat dari pertemuan-pertemuan dengan pelaku UMKM, masalah pertama yang dihadapi para pelaku, adalah product knowledge. Hal ini terkait apakah produk mereka bagus atau tidak. Menurut Ganjar, itu membutuhkan penilaian yang adil dan objektif.
“Makanya tadi saya tes, menurutmu produkmu bagus apa enggak, ayo dinilai, harus fair. Apakah ini bagus, ini nggak bagus, harus berani ngomong, berani koreksi untuk bercermin,” ujar Ganjar, yang sempat berdialog dengan peserta mengenai produk masing-masing.
Masalah berikutnya, adalah permodalan. Untuk hal ini, pemprov telah mencoba membuka dan mempermudah akses permodalan bagi pelaku UMKM. Perbankan digandeng untuk dapat memberikan pinjaman dengan suku bunga rendah, agar dapat menyelesaikan masalah ini. Termasuk menggandeng Baznas dan CSR, untuk memberikan pelatihan dan akses modal.
Baca juga:
- Sediakan Ribuan Paket Sembako Murah, PPI Dukung Pasar Rakyat dan UMKM BUMN di Purwakarta
- Ceruk Besar Ekonomi Digital, Pemerintah Bidik E-Commerce Dukung Penerimaan Pajak
- Gelar Pasar Murah BUMN di Purwakarta, Erick Thohir: Ringankan Beban Rakyat
- Amartha, Fintech Milik Mantan Stafsus Jokowi Salurkan Modal Usaha Rp250 Miliar
“Terakhir, ini tidak boleh ditinggalkan, harus ada yang mendampingi. Kalau kemudian yang nggak ngerti ya didampingi. Kenapa produk saya nggak laku, kan mereka ngerti. Jangan-jangan ada yang kurang dari yang kalian punya. Inilah pendampingan yang mesti diberikan,” katanya.
Untuk pengembangan digital marketing ini, Ganjar juga menggandeng anak-anak muda melalui Hetero Space. Anak-anak muda ini memiliki kreativitas dan dapat memberikan review produk dengan sangat bagus.
“Tadi juga ada masukan dari Lazada agar penjual atau pelaku UMKM memperhatikan betul produk yang dijual di marketplace. Jangan sampai pembeli atau konsumen kecewa ketika sudah menerima barang. Juga jangan sampai telat kirim. Inilah peran swasta, apalagi yang sudah memiliki pasar,” ungkapnya.
Direktur Eksekutif Lazada, Ferry Kusnowo, mengatakan, perkembangan penjual yang masuk ke marketplace Lazada dalam setahun terakhir, meningkat pesat. Peningkatan terbesar justru terjadi saat pandemi, di mana orang-orang banyak melakukan jual beli secara online.
“Tapi masih perlu ditingkatkan. Dari data kami permintaan konsumen dari Jawa Tengah itu sangat tinggi, tetapi baru sekitar 15 persen seller dari Jawa Tengah yang mampu memenuhi kebutuhan itu. Sisanya sekitar 85 persen masih dipenuhi oleh seller dari luar Jawa Tengah,” katanya.