Demi Membuka Pertumbuhan Ekonomi, Perusahaan BUMN Rela Tunggu Waktu 8 Tahun untuk Balik Modal di Proyek Jalan Tol
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengakui balik modal pada proyek infrastruktur khususnya jalan tol memakan waktu yang lama. Bahkan, kata Erick, butuh waktu hingga 8 tahun.
Pernyataan Erick ini menyusul kerja sama investasi antara Indonesia Investment Authority atau INA dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) beserta anak perusahaannya PT Waskita Toll Road (WTTR), untuk dua ruas Jalan Tol Trans Jawa, yakni Tol Kanci-Pejagan dan Tol Pejagan-Pemalang.
"Memang investasi jalan tol memerlukan waktu sekitar 7-8 tahun, sehingga bisa dalam kondisi yang sangat baik," ujar Erick dalam keterangan resmi dikutip Rabu, 7 September.
Lebih lanjut, Erick meyakini, investasi jalan tol dapat membuka pertumbuhan ekonomi yang luar biasa untuk sekitarnya. Salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi dari keberadaan kebutuhan listrik saat pembangunan jalan tol.
"Ini yang ditekankan Ibu Sri Mulyani (Menteri Keuangan), bagaimana Proyek Strategis Nasional yang didorong oleh pemerintah juga bisa mendorong pertumbuhan infrastruktur dengan baik dan membuka lapangan pekerjaan," ucapnya.
Baca juga:
- Transaksi INA-Waskita untuk Tol Trans Jawa, Menteri BUMN: Bukti Infrastruktur Bisa Dibangun Tanpa Utang
- Jalan Trans Papua Dibangun, Kementerian PUPR Pakai Skema KPBU Buat Cari Tambahan Biaya
- Sejak 2015 hingga 2022, Proyek Jalan Tol Trans-Sumatera Serap 202.468 Tenaga Kerja
- WIKA Beton Bentuk Unit Khusus Tangani Pasar di Luar Negeri
Dalam kesempatan tersebut, Erick juga meyakini kerja sama INA dan Waskita Karya melalui anak usaha masing-masing entitas dapat memperbaiki kinerja perusahaan. Bahkan, Erick juga memastikan akan memperbaiki keuangan BUMN Karya.
"Saya pastikan akan mendorong terus penyehatan yang ada di karya-karya (BUMN Karya) ini. Dan kita sudah, bahwa investasi infrastruktur memang investasi yang perlu recovery," ucapnya.
Lebih lanjut, Erick mengatakan akan mendorong aset-aset BUMN supaya bisa terbuka, transparan dan dilakukan secara mekanisme pasar. Kata Erick, ini menjadi bagian dari kredibilitas.
"Dimana investor percaya bahwa ini adalah momentum yang sangat baik untuk Indonesia dalam membuka pertumbuhan ekonomi Indonesia dan merupakan pusat pertumbuhan ekonomi dunia," jelasnya.